Nasib Preman di Era Soeharto, Didata hingga Ditembak Mati
Kolonel Hasbi saat itu (1983) menyatakan perang terhadap para preman atau gali yang aksinya makin meresahkan masyarakat Yogyakarta.
Ini agar tidak bergerak. Kan jempolnya terkunci," ujar Wakil Ketua Komnas HAM Yosep Adi Prasetyo di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa (24/7/2012) lalu.
Penggunaan tali sepatu untuk mengikat dua ibu jari korban petrus pernah terjadi kala Vietkong melawan Amerika dalam perang Vietnam.
Baca: Ditahan KPK, Irwandi Yusuf Merasakan Tak Enaknya Tidur di Rutan
Menurut Yosep yang juga Ketua Tim Penyelidikan Proyustisia Komnas HAM 2011, setelah dibunuh, korban petrus diletakkan depan umum dan di atas badannya diletakkan uang Rp 10 ribu.
Mereka dibuang ke tempat sepi, dibuang ke jurang dan ada juga yang dibuang ke Luweng Grubuk, Wonosari, Yogyakarta.
Penyelidikan Komnas HAM, estimasi korban petrus mencapai 2 ribu orang.
Temuan David Bourchier, dalam karyanya yang berjudul Crime, Law, and State Authority in Indonesia pada 1990, yang diterjemahkan oleh Arief Budiman, mencapai angka 10 ribu.
Pelaku petrus dilakukan bukan orang sembarangan. Mereka sangat terlatih.
Wajar jika eksekutor sangat terlatih, mengingat dari korban petrus ditemukan sejumlah timah panas, dan saat itu senjata api dipegang oleh aparat keamanan.
Baca: VIDEO - Trend Wedding Clip Ala Anak Muda
Selain senpi, ada senjata khusus yang mereka siapkan untuk membunuh para preman yang menjadi daftar korban.
"Selain senpi, mereka menggunakan tambang dengan kayu untuk menghabisi korbannya.
Alat ini telah dipersiapkan sebelum eksekusi karena nampak dari takik pada kayu pegangan.
Jenis ikatan 'clove hitch' menunjukkan pembuatnya orang terlatih dan mengerti tali temali," terangnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Begini Nasib Para Preman di Era Soeharto, Didata hingga Ditembak Mati, Kondisi Jempolnya Selalu Sama