Dampak Terjungkalnya Rupiah, Perusahaan Mulai Kelimpungan, Utang Membengkak

Kondisi perekonomian dunia saat ini seperti pepatah gajah bertarung melawan gajah, pelanduk mati di tengah

Editor: Muhammad Hadi
Foto Kontan.co.id/Baihaki
Dollar AS menguat dan nilai tukar rupiah melemah 

Menurut Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto melemahnya rupiah membuat biaya pembelian atau impor komponen pembangkit listrik. Beruntung, beberapa waktu lalu PLN sudah melakukan lindung nilai senilai US$ 30 juta di tiga bank.

Baca: Nilai Tukar Rupiah Masih Berada di Level Rp 14.500 Per Dollar AS

Selain PT PLN, perusahaan berbiaya dolar tapi mayoritas penghasilan dalam rupiah seperti PT Garuda Indonesia Tbk juga kelimpungan dengan kondisi ini.

Helmi Imam Satriyono, Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk menyebut, saat ini sekitar 75%–80% pendapatan Garuda dalam bentuk rupiah.

Padahal biaya operasional seperti pembelian bahan bakar avtur, pembelian suku cadang, perawatan pesawat dan ongkos-ongkos lain mayoritas menggunakan dolar.

Selain biaya operasional Garuda juga memiliki kewajiban membayar cicilan maupun sewa pesawat kepada pihak lessor memakai dolar AS.

Jumlahnya sekitar 25% dari total beban operasional perusahaan bulanan. Mengutip laporan keuangan perusahaan pada akhir Maret 2018 posisi utang ke pihak lessor telah mencapai US$ 77,27 juta.

Baca: Kurs Rupiah Terjungkal Ke Rp 14.520 Per Dollar As, Posisi Terlemah Sejak Oktober 2015

Hanya saja Helmi merasa Garuda masih beruntung lantaran telah menerapkan kebijakan lindung nilai atau hedging. Helmi menyebut porsi hedging valas Garuda sekitar 30% dari total kebutuhan dollar. “Ini cukup efektif,” terangnya.

Revisi nilai proyek

Perusahaan yang harus berurusan dengan valas lantaran butuh beberapa bahan baku impor untuk pekerjaan di proyek mereka adalah perusahaan konstruksi.

Sebagian dari mereka bakal kesulitan lantaran tak bisa serta merta langsung mengubah kontrak secara sepihak lantaran harga barang sudah berubah akibat rupiah loyo.

Menurut Direktur Keuangan PT PP Agus Purbianto, untuk proyek-proyek konstruksi yang sifatnya single year, biasanya kenaikan harga material yang sudah diantisipasi sekitar 2% hingga 3%.

Artinya kalau ada lonjakan harga di atas 3% bisa jadi bakal menyebabkan berkurangnya keuntungan di satu proyek tersebut.

Baca: George Soros Peringatkan Krisis Finansial Besar Akan Terjadi, Negara Mana yang Terancam?

Namun, beda dengan proyek yang sifatnya multi years. Biasanya kontraktor dan pemilik proyek telah bersepakat untuk melakukan penyesuaian harga atawa price adjustment.

Nah pada saat itulah manajemen PTPP akan melakukan renegosiasi ulang agar tetap bisa menjaga margin yang mereka targetkan di proyek tersebut.

Dampak lain dari melemahnya rupiah adalah membengkaknya rasio utang perusahaan. Terutama perusahaan yang punya utang valas, tapi menyampaikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.

Halaman
1234
Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved