Gerhana Bulan Total 2018
Shalat Gerhana, Ini Asal Usul Perintahnya
Perintah shalat gerhana bermula dari kebiasaan orang Arab yang mengait-ngaitkan gerhana dengan kematian orang penting
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Setelah itu, beliau bertakbir lalu ruku’ dengan ruku’ yang panjang, namun lebih pendek dari ruku’ yang pertama.
Setelah itu, beliau membaca: “sami’alloohu liman hamidah Rabbanaa wa lakalhamdu.”
Kemudian Beliau sujud.
Kemudian pada raka’at berikutnya, beliau berbuat seperti itu hingga sempurnalah shalatnya terdiri dari empat ruku’ dan empat sujud.
Sesudah itu, matahari pun kembali bersinar.
Sebelum beliau beranjak bubar, Beliau kemudian berdiri dan menyampaikan khutbah kepada orang banyak. Beliau memuji Allah dengan pujian yang hak atas-Nya, kemudian beliau bersabda:
‘Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) dari ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana pada keduanya karena kematian atau pun kelahiran seseorang. Maka apabila kalian melihatnya, bersegeralah untuk melaksanakan shalat.’
Dan Beliau juga bersabda: “Maka shalatlah kalian hingga Allah menampakkannya kembali pada kalian.”
Dan Rasulullah SAW juga bersabda: “Aku telah melihat di tempatku berdiri ini, yaitu segala sesuatu yang dijanjikan kepada kalian. Bahkan aku melihat diriku ingin memetik buah dari Jannah, yakni saat kalian melihatku maju.” (HR. Muslim)
Hadits dengan bunyi yang hampir sama juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Bedanya, hadits ini lebih detil dalam menceritakan isi khutbah Rasulullah SAW.
Berikut terjemahannya.
“Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW. Rasulullah SAW lalu mendirikan shalat bersama orang banyak.
Beliau berdiri dalam shalatnya dengan memanjangkan lama berdirinya, kemudian ruku’ dengan memanjangkan ruku’nya, kemudian berdiri dengan memanjangkan lama berdirinya, namun tidak selama yang pertama.
Kemudian beliau ruku’ dan memanjangkan lama ruku’nya, namun tidak selama ruku’nya yang pertama.