Breaking News

Proses Wawancara Kerja Berhenti Sebab Tak Mau Jabat Tangan, Wanita Ini Dapat Ganti Rugi Rp68 Juta

Bebarapa Muslim menolak bersentuhan dengan orang berlawanan jenis, kecuali bila mereka masih ada hubungan keluarga.

Editor: Fatimah
Intisari online
Ilustrasi 

Kantor ombudsman diskriminasi di Swedia, yang mewakili Farah Alhajeh, mengatakan keputusan itu berakibat pada ‘minat pekerja danhak individu bagi integritas jasmani’.

Baca: Besok Malam, Ustaz Abdul Somad Ceramah di Blang Padang, HUT Ke-45 Bank Aceh

Selain itu juga, kepentingan pendapat untuk mengatur perlindungan bagi kebebasan beragama.”

Bagaimana pendapat dari perusahaan akan aturan itu?

 
Perusahaan penerjemah berargumen bahwa staf perusahan diharapkan memperlakukan pria dan wanita sejajar.

Perusahaan tidak bisa membiarkan seorang staf untuk menolak sebuah jabat tangan atas dasar jenis kelamin.

Namun, ombudsman diskriminasi mengatakan Farah mencoba menghindari mengecewakan siapapun dengan menempatkan kedua tangannya di dadana ketika memberi salam kepada pria dan wanita.

Ternyata, pengadilan buruh Swedia mendapati perusahan memberikan alasan perlakuan sederajat bagi kedua jenis kelamin, tetapi bukan pada keharusan dalam bentuk sebuah jabat tangan saja.

Baca: Dulu Dukung Prabowo Kini di Kubu Jokowi, Siapa Saja Mereka?

Penolakan Farah berjabat tangan berdasarkan agamanya dilindungi oleh Konvensi Eropa pada Hak Manusia.

Disebutkan, kebijakan perusahaan dalam memerintahkan suatu salam khusus mengganggu kaum Muslim.

Pengadilan juga setuju dengan tuntutan perusahan bahwa pendekatan Farah dalam memberi salam bisa menyebabkan sebuah masalah dalam komunikasi efektif  sebagai seorang penerjemah.

Meskipun demikian, para hakim terbagi dalam kasus itu, tiga hakim mendukung tuntutan Farah dan 2 hakim menentang.

Lalu, apada pendapat Farah Alhajeh?

Baca: Jenis Villa yang Ditawarkan Nihi Sumba, Penginapan Terbaik Dunia yang Diinapi David Beckham

Usai persidangan Farah berkata kepada BBC, dia percaya itu penting untuk ‘jangan pernah menyerah’ ketika meyakinkan sesuatu adalah hak, sekalipun sebagai seorang anggota kelompok minoritas.

“Aku percaya Allah, yang sangat jarang di Swedia dan aku harus bisa menjalankan dan menerimanya sepanjang aku tidak menyakiti siapapun,” kata Farah Alhajeh.

Ia menambahkan, di negaranya, anda tidak bisa memperlakukan wanita dan pria dengan cara berbeda. Ia menghormati hal tersebut.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved