Bocah Bocor Jantung Asal Pidie Butuh Perhatian, Ini yang Diharapkan
Diketahui didera penyakit bocor jantung setelah penyakit gizi buruk menerpanya pada saat usia Muhammad Al-Zafran masih berumur tiga bulan
Penulis: Idris Ismail | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Idris Ismail I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Muhammad Al-Zafran baru berusia 19 bulan atau satu tahun tujuh bulan asal Gampong Krueng, Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima, Pidie, sejak 16 bulan terakhir didera penyakit bocor jantung.
Diketahui didera penyakit bocor jantung setelah penyakit gizi buruk menerpanya pada saat usia Muhammad Al-Zafran masih berumur tiga bulan.
Hal ini tidak terlepas dampak dari tidak mampu mengkonsumsi makanan secara sempurna.
Baca: Bocah Bocor Jantung Kunjungi Kediaman Haji Uma, Begini Kondisinya Setelah Dioperasi
Upaya maksimal pihak kedua orang tua terus berlanjut tanpa kenal putus asa demi si buah hati yang kini secara berangsur membaik meski belum mampu berjalan.
Hanya saja dalam perjalanan waktu, nasib sedih anak ketiga dari pasangan Nursyidah (40) dan Faisal (40) luput dari perhatian pemerintah.
Kedua orang tuanya sangat berharap uluran dana pendampingan biaya berobat keluar daerah atau Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah berjalan selama ini.
Baca: Haji Uma Bantu Bocah Bocor Jantung Berobat ke RS di Jakarta
"Kami ini keluarga tak mampu dan telah kami ajukan permohonan ke Dinas Sosial kabupaten untuk dapat disahuti ke dalam Program Keluarga Harapan (PKH) agar sedikit banyaknya dapat terbantu biaya pengobatan, namun sampai kini masih luput dari bantuan pemerintah," sebut Nursyidah kepada Serambinews.com, Minggu (19/8/2018) dengan mata berkaca-kaca.
Diakui, sang suaminya yang berpenghasilan tidak tetap atau hanya sebagai buruh kuli bangunan dan terkadang kerja serabutan.
Dalam penanganan pengobatan bagi si buah hati itu Nursyidah bersama Faisal selama ini mengakui mengalami kendala paling berat dalam hal biaya pendamping selama perjalanan ke Banda Aceh.
Baca: Innalillahi - M Iqbal Bayi Bocor Jantung di Aceh Timur Meninggal Dunia, Hanya 20 Hari Ia Bernapas
Terkadang, harus menjual padi hasil upahan yang disimpan sebagai stok logistik keluarga beberapa karung untuk biaya ongkos bus serta biaya konsumsi demi menebus obat yang wajib ada dalam sepuluh hari sekali.
Mengingat, sejak satu tahun terakhir keungan keluarga sangatlah menipis untuk melanjutkan biaya pendampingan berobat ke Banda Aceh.
Karena tiga jenis obat yang wajib dikonsumsi tidak ada ditingkat kabupaten.
Baca: Jeritan Ayah Bayi Bocor Jantung di Aceh Timur: Jangankan Biaya Untuk Oksigen, Untuk Hidup Saja Susah
Kalaupun dibeli perbungkus obat jantung tersebut bisa merongoh kocek mulai Rp 250.000 hingga Rp 300.000. Ini memang sangat memberatkan bagi keluarga miskin.
"Saya harap pemerintah turun tangan untuk menyelamatkan putra ketiga kami dengan menyisihkan biaya pendampingan," ujarnya dengan nada iba.(*)
