Menjadi Polisi di Negeri Ini Sama dengan Menantang Maut, Jadi Target Pembunuhan
Setidaknya 31 orang polisi tewas sepanjang tahun ini di wilayah Kashmir yang berada di bawah pemerintahan India.
Para penyerang memaksa Ashraf masuk ke dapur sambil tetap menggendong anak bungsunya itu.
Ashraf tak mau melepaskan putrinya tetapi mereka memukuli pria itu dan mengambil bocah kecil itu.
"Kalian seperti saudara bagiku. Saya tidak pernah menyakiti siapa pun," ujar Ashraf kepada para penyerang.
Shehla, yang bisa mendengar semuanya dari ruang sebelah, mengatakan bahwa dia mendengar serentetan tembakan dan Ashraf tewas seketika.
"Mata putri saya yang tak berdosa menyaksikan kematian ayahnya," ujar Shehla.
Baca: Dipanggil Untuk Sidang Praperadilan Kasus Irwandi, YARA: Kami Mohon Doa Masyarakat Aceh
Baca: Ini Jadwal Sidang Praperadilan Kasus Irwandi di Pengadilan Jakarta Selatan
Pembunuhan Ashraf Dar ini juga membuat sejumlah warga marah dan mempertanyakan aksi yang dilakukan pemberontak.
"Apakah polisi bukan warga Kashmir? Dengan membunuh polisi, pemberontak mencederai tujuan mereka sendiri," kata Abdul Gani Shah (88), warga desa Mutalhama, Kashmir.
Muhammad Aslam Chowdary, seorang perwira senior kepolisian, mengatakan bahwa dia merasa terus menjadi sasaran tak hanya saat mengenakan seragam tetapi juga saat berada di rumah.
"Terkadang, kami bahkan tak memercayai keluarga sendiri," ujar Chowdari yang sempat bertugas di distrik Pulwama.
Bukan kali ini saja polisi menjadi sasaran pembunuhan di Kashmir.
Pada Juni 2017, Muhammad Ayub seorang polisi tak berseragam tewas dikeroyok di Srinagar, ibu kota Kashmir.
Dia dituduh menembak ke arah warga setelah terlibat perkelahian dengan seorang pemuda.
Pada Juli 2018, seorang polisi bernama Mohammad Saleem Shah hilang saat sedang dalam perjalanan memancing dengan teman-temannya.
Sehari kemudian jenazahnya ditemukan di sebuah kebun apel dengan penuh luka tembak.
Pada 28 Agustus lalu, kelompok militan menculik putra serang polisi dari kediamannya di wilayah selatan Kashmir.