Breaking News

Gempa Palu Sulawesi Tengah

BNPB: Korban Meninggal Bencana Gempa dan Tsunami di Sulteng Menjadi 1.948 Orang

BNPB mencatat, dari total jumlah korban, sebagian korban dimakamkan secara massal.

Editor: Faisal Zamzami
Kondisi Desa Loli Saluran, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, yang mengalami kerusakan pasca gempa dan Tsunami, Rabu (3/10/2018). Gempa yang terjadi di Palu dan Donggala mengakibatkan 925 orang meninggal dunia dan 65.733 bangunan rusak.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO) 

Menurut Sutopo, ada 1.445 unit rumah di Balaroa.

Sementara, jumlah rumah yang rusak di Petobo diperkirakan ada 2.050 unit.

Luas wilayah Petobo 180 hektar.

Menurut Sutopo, sebagian besar wilayah Balaroa dan Petobo tertimbun lumpur.

Kondisi bangunan di permukaan telah rata dengan tanah.

Menurut Sutopo, Balaroa dan Petobo adalah dua wilayah yang terdampak Likuefaksi, di mana kondisi tanah berubah menjadi lumpur.

Proses pencarian terus dilakukan dengan bantuan 7 unit alat berat dan eskavator.

"Upaya terus dilakukan. Ditargertkan 11 Oktober sudah selesai. Kalau tidak ditemukan, nanti akan dibahas bersama. Apalagi tanggal 11 itu sudah dua pekan, sehingga sudah dinyatakan hilang," kata Sutopo.

Baca: Selain Cristiano Ronaldo, Ini Skandal Percintaan 7 Pesepakbola, Ada yang Berakhir Bunuh Diri

Baca: Partai Gerindra Laporkan Ratna Sarumpaet ke Polisi, Ini Alasannya

Penjelasan BNPB soal Likuefaksi yang Melenyapkan Permukiman di Petobo

Gempa bermagnitudo 7,4 yang terjadi di Sulawesi Tengah menyebabkan permukiman di tiga wilayah yakni, Balaroa, Petobo dan Jono Oge, menjadi lenyap tertimbun tanah. Diperkirakan masih ada ribuan orang yang tertimbun tanah akibat terjadinya gempa.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, lenyapnya bangunan di permukaan tanah di tiga wilayah tersebut diakibatkan terjadinya fenomena likuefaksi.

Menurut Sutopo, likuefaksi adalah tanah yang tak jenuh, yang kehilangan kekuatan akibat perubahan tekanan.

Ketika terjadi gempa bumi, tanah tersebut berubah menjadi lumpur.

"Perubahan itu akibat rongga di antara tanah, pasir dan kerikil menjadi lebih longgar dan dominan air. Tanah, kerikil dan pasir yang bercampur kemudian keluar ke permukaan, sehingga otomatis rumah di atasnya ambles," kata Sutopo dalam jumpa pers di Gedung BNPB Jakarta, Minggu (7/10/2018).

Meski demikian, likuefaksi tidak dapat terjadi di semua kondisi tanah.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved