Bayi Berusia 10 Bulan Koma Setelah tak Sengaja Menelan Daun Ganja
Tim medis saat itu langsung bersiaga di rumah sakit Armand-Trousseau, Paris saat bayi perempuan itu dibawa ke ruang gawat darurat.
Legalisasi ganja telah menyebar ke berbagai negara, misalnya, Amerika Serikat, Amsterdam, dan mulai banyak negara yang mempertimbangkan hal ini.
Sebelumnya, para peneliti di WHO berdebat selama berbulan-bulan untuk memastikan khasiat dan efek samping yang mungkin ditimbulkan dari pemakaian ganja medis ini.
Laporan yang diterbitkan padaa tanggal 13 Desember 2017 ini kemudian menyatkan beberapa khasiat ganja medis untuk dunia pengobatan.
Contohnya, CBD akan berguna dalam pengobatan kanker, epilepsi, alzheimer, parkinso, dan beberapa jenis penyakit lainnya.
WHO juga menegaskan bahwa penggunaan CBD sesuai dengan petunjuk dokter tidak akan menimbulkan ketergantungan dan tidak membawa risiko pada pasien.
Baca: Kisah Penjual Kue Bisa Tamat Kuliah, Berkat Dagangannya Laris Usai Dipuji Enak oleh Siti Nurhaliza
Meski begitu, tetap saja WHO meminta pada seluruh dokter untuk membatasi penggunaan CBD dan bukan menggunakannya sebagai obat-obatan utama yang bisa diresepkan ke semua orang.
Sementara itu, WHO masih akan terus melakukan penelitian lanjutan untuk meneliti secara keseluruhan zat yang tedapat dalam ganja dan rencananya akan dilakukan tahun 2018 nanti.
Dalam laporan yang sama, WHO juga memberi instruksi untuk membatasi obat jenis fentanyl, yang biasa digunakan di Amerika karena obat tersebut menyebabkan kematian beberapa penggunanya yang mengalami kecanduan.
Baca: Link Live Streaming RCTI Timnas U-19 Indonesia Vs Jepang, Demi Tiket Piala Dunia U-20 2019
Juru bicara WHO mengatakan, “Ada peningkatan minat dari negara-negara anggota dalam penggunaan ganja untuk indikasi medis termasuk untuk perawatan pengobatan.”
Bukti terbaru dari uji coba pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa penggunaan CBS memiliki beberapa nilai terapi untuk kejang karena epilepsi dan kondisi terkait.
Ganja medis dalam CBD ini dalam dosis yang sangat tepat dan tidak menginduksi sehingga pengguna tidak akan mengalami overdosis dan kecanduan seperti layaknya narkotika.
Dilansir dari dailymail.co.uk, Raul Elizade, seorang ayah dengan anak yang memiliki gangguan epilepsi parah di Meksiko, menyatakan ia merasa senang dengan keputusan WHO ini.
Baca: Sastra Win Fahreza dari Aceh Tengah, Raih Predikat Pemusik Terpilih Konser Karawitan Indonesia
Sebelumnya, Elizade telah mengusulkan pada pemerintah Meksiko untuk melegalkan penggunaan ganja sebagai pengobatan agar putrinya bisa mengakses CBD.
Grace, putri sulungnya menderita gangguan epilepsi selama bertahun-tahun dan itu menyebabkan dia mengalami kejang ratusan kali dalam sehari.
Setelah semua pengobatan medis dan upaya alternatifnya tidak membuahkan hasil, Raul Elizade kemudian mencoba menggunakan CBD untuk anaknya.