Wawancara Steffy Burase
“Aceh dan Pak Irwandi Menyadarkan Saya untuk Hijrah”
Saya sudah meninggalkan segala hal-hal yang berbau dosa walau satu-satunya yang sulit sekali diubah adalah cara berpakaian saya.
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
Dan juga karena sempat membintangi beberapa video klip itu mungkin sehingga orang-orang mempersepsikan saya sebagai model. Tapi secara pribadi saya lebih suka kalau orang-orang mengenal saya karena program-program yang saya bawa bukan karena istilah model itu.
Maka kalau ditanyai sejak kapan menekuni profesi model mungkin tepatnya sejak orang-orang mulai menganggap saya model. Dua tahun terakhir saya fokus keliling Eropa untuk promosi Indonesia. Karena itu alhamdulillah saya cukup menguasai yang namanya branding and promotion.
Pengalaman pramugari 8 tahun bikin saya kenyang di dunia traveling. Terlebih saat kerja di TV pun semua program yang saya bawa masih juga traveling. Semacam emang hidup saya nggak pernah bisa jauh dari traveling. Sejak kecil saya emang terkenal kreatif dan suka membuat ide-ide tentang sesuatu. Event tepatnya semacam how to do it, how to do that.
Kapan Anda kemudian mulai memutuskan untuk hijrah?
Hijrah buat saya adalah perjalanan ketika kita memutuskan akan memperbaiki diri selalu lebih baik dari hari ke hari. Pada tahun 2015 tepatnya. Saya janji ke diri saya sendiri untuk tidak lagi melakukan hal-hal yang hanya buang-buang waktu, seperti sekadar nongkrong, rumpi dan lain-lain.
Saya mulai shalat lima waktu. Alhamdullilah, bekerja makin giat dan waktu kosong saya hanya untuk olah raga. Saya sudah meninggalkan segala hal-hal yang berbau dosa walau satu-satunya yang sulit sekali diubah adalah cara berpakaian saya.
Mengapa sulit?
Karena terlalu tomboi. Pakaian sehari-hari saya tshirt, celana pendek dan sneakers kalau mau sopan ngejeans. Dan saya sangat nyaman dengan itu. Ingat banget dulu ketika ke Aceh pertama kali dan akhirnya menjadi sering, saya suka komplain kenapa wajib banget saya harus berkerudung.
Walau kesel tapi saya menghargai kearifan lokal. Dan selalu merdeka ketika bisa ke Sabang karena lagi-lagi saya bebas bercelana pendek. Maaf saya harus jujur. Tapi juga harus diakui, saya baru berhijab tepat hari pertama bulan Ramadhan kemarin, jadi masih teramat sangat newbie, dan juga banyak peran Pak Irwandi di situ.
Dia selalu bilang ke saya berkali-kali, saya shalat lima waktu, rajin sekali baca Quran tapi sayang semua itu sia-sia karena aurat yang ke mana-mana. Sering berdebat masalah agama, ibarat kata, saya orang yang taat beribadah tapi miskin ilmu karena since saya belajar tentang Islam, saya belajar sendiri dan hanya menggunakan buku.

Sementara beliau, beliau kaya ilmu. Akhirnya karena sering berdebat masalah ilmu agama alhamdullilah sayanya berhasil sadar akan masalah aurat dan beliau sadar bahwa shalat itu kewajiban dan nggak ada alasan untuk ditinggalkan. Beliau dan Aceh yang punya peran besar dalam peranan keseharian saya untuk semakin baik dari hari ke hari sampai saat ini. Allah mengirim saya ke Aceh untuk bisa hijrah sebenar-benarnya hijrah.
Anda selalu tampil modis dalam balutan hijab, apakah Anda senang mengenakannya?
Alhamdulillah...Tentu aja saya sangat senang.
Apa makna hidup ini bagi Anda?
Hidup buat saya adalah perjuangan. Dan musuh terberat dalam hidup saya adalah melawan diri saya sendiri. Tiap hari melawan setiap keburukan-keburukan demi bisa menjadi lebih baik. Saya banyak sekali cacatnya. Dan tiap hari berjuang untuk memperbaiki diri.