Kisah Pembebasan 6 Personel TNI di Irian Barat, Seminggu Dikepung Kelompok Separatis

Pemberontakan terbesar itu dipimpin oleh Lodewijk Mandatjan yang berlokasi di Kepala Burung Irian Barat.

Editor: Amirullah
Foto Jerry Omona/Metromerauke
Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) Pimpinan Purom Okiman Wenda di Lanny Jaya. 

SERAMBINEWS.COM - Akhir tahun 1966, pemberontakan terbesar  terjadi di Irian Barat.

Pemberontakan terbesar itu dipimpin oleh Lodewijk Mandatjan yang berlokasi di Kepala Burung Irian Barat.

Diklaim sebagai pemberontakan terbesar lantaran Mandatjan berhasil mengajak 14 ribu warga suku Arfak yang menjadi pengikutnya untuk masuk hutan.

Dari hutan Mandatjan bersama pengikutnya melakukan serangkaian kegiatan penghadangan, penyerangan dan pengacauan keamanan lainnya di kecamatan Warmare dan Ransiki.

Namun perlu diketahui jika Lodewijk Mandatjan bukanlah anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Baca: Awas, Ada Lubang Besar di Lintasan Nasional di Sigli, Rawan Kecelakaan

Baca: Peneliti Ungkap Dampak Mengerikan Jika Anak Gunakan Smartphone Lebih dari 7 Jam dalam Sehari

Mandatjan dan suku Arfak yang dipimpinnya memberontak karena buruknya keadaan ekonomi di Irian Barat saat itu.

Lodewijk Mandatjan sendiri ialah sebenarnya ialah seorang patriot pejuang Trikora saat Indonesia berusaha merebut Irian Barat dari Belanda.

Usaha-usaha Mandatjan dalam melakukan pemberontakan sangat meresahkan.

Hingga pada awal 1967 pos Komando Rayon Militer (Koramil) di Warmare Sektor-B diserang oleh puluhan separatis Mandatjan.

Sialnya, Koramil hanya dipertahankan oleh 6 orang prajurit TNI.

Baca: Cerita di Balik Hubungan Lindswell Kwok dan Achmad Hulaefi, dari Mualaf hingga Resmi Menikah

Baca: Pamer Barang Branded di Instagram, Pendeta Ortodoks Rusia Diciduk Polisi

Baca: Hadapi Liga 2 Musim 2019, Persiraja Hanya Pertahankan 30 Persen Pemain Lama, Ini Alasannya

Meski begitu keenam anggota TNI itu tetap melawan dengan gigih.

Kontak tembak sengit terjadi, selama seminggu kelompok separatis mengepung Koramil.

Keenam anggota TNI itu mulai menghadapi masalah menipisnya amunisi, kekurangan logistik, dan kurang tidur.

Bahkan satu orang anggota TNI gugur hingga jasadnya terpaksa dikuburkan dalam markas lantaran kepungan rapat musuh.

Dikutip dari Sintong Panjaitan : Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, tim RPKAD (Kopassus) Irian Barat pimpinan Sintong Panjaitan yang ditugaskan di sana langsung disuruh menghadap Danrem 171/Manokwari Kolonel K.Sutrisno.

()

Baca: Kata Irwandi Yusuf, Sosok Wali Nanggroe Harus Berilmu Dunia dan Akhirat

Baca: Tak Hadir ke Nikahan Lindswell Kwok dan Hulaefi, Iwan Kwok Kutip Tulisan Soal Derita dan Bahagia

Baca: Ernest Prakasa sebut Arie Untung Pro Diskriminasi Etnis, Arie: Maunya Aku yang Salah? Sok Aja

Sintong yang baru saja menginjakkan kaki di bumi Cenderawasih langsung diperintahkan untuk membebaskan Koramil di Warmare.

Tanpa menunggu lagi, tim RPKAD yang berkekuatan 50 personil langsung berangkat menuju lokasi menggunakan dua buah truk.

Petang hari tim RPKAD tiba di lokasi dan tanpa ba bi bu langsung merangsek, menyerbu secara frontal ke kelompok separatis.

Secara cepat kelompok separatis dipukul mundur hingga menyebabkan beberapa diantaranya tewas.

Sementara di pihak RPKAD tak ada satu anggota pun terbunuh.

Akhirnya kelima personel TNI di Koramil Warmare berhasil dibebaskan.

(Seto Aji/Gridhot.ID)

Artikel ini telah tayang di Gridhot.ID dengan judul Kisah 6 Personel TNI Dikepung Kelompok Separatis Selama Seminggu Sampai Kuburkan Jasad Rekan di Dalam Markas

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved