Fakta-fakta Terbaru Potensi Tsunami Susulan Setelah Ditemukannya Retakan Baru Gunung Anak Krakatau
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam akun Twitternya @dwiko_rita pun terus mengupdate kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Krakatau
"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai. Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong, dan bisa roboh (longsor)," ujar dia.
Bagian badan gunung yang diduga akan longsor karena retakan tersebut, bervolume 67 juta kubik dengan panjang sekitar 1 kilometer.
Volume tersebut lebih kecil dari longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember 2018 lalu, yakni sekitar 90 juta kibik.
"Jika ada potensi tsunami, tentu harapannya tidak seperti yang kemarin, namun kami meminta masyarakat untuk waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," kata dia.
Baca: Ustadz Abdul Somad Pimpin Doa Acara Peresmian Rumoh Dakwah Fadhil Rahmi
Baca: BMKG Imbau Masyarakat Waspada Tsunami Pasca Retakan Baru di Gunung Anak Krakatau Ditemukan
3. Ditemukan Pendangkalan Dasar Laut dan Kawah Baru Pasca-Erupsi Gunung Anak Krakatau
Anggota TNI saat melakukan pemantauan aktivitas erupsi gunung anak krakatau terlihat dari KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Petugas pos pengamatan anak gunung Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit, jumlah ini menurun dibandingkan hari sebelumnya yang terjadi letusan 14 kali per menit. (Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau.
Mengutip dari Tribun Jakarat, Hal itu ditemukan setelah KRI Rigel-933 melakukan survei hidro-oseanografi dan investigasi di area longsoran Gunung Anak Krakatau, pascaerupsi dan longsoran yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018).
Selain itu, dengan pengamatan visual radar dan analisis dari citra ditemukan perubahan morfologi bentuk Anak Gunung Krakatau pada sisi sebelah barat seluas 401.000 meter persegi atau lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan menjadi cekungan kawah menyerupai teluk.
"Pada cekungan kawah ini masih dijumpai semburan magma gunung anak Krakatau yang berasal dari bawah air laut," ujar Harjo dalam keterangannya, Selasa (2/1/2019).
4. Kondisi Cuaca dan Arah Sebaran Abu Vulkanik
Aktivitas Gunung Anak Krakatau (Dokumentasi Pokdarwis Pulau Sebesi)
Kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau terus dalam pemantauan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam akun Twitternya @dwiko_rita pun terus mengupdate kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Krakatau setiap jam.
Update kondisi terbaru adalah pada Rabu (2/1/2019) pukul 15.00 WIB.