Tradisi Yu Sheng, Keseruan Santap Hidangan Perayaan Tahun Baru China Asal Singapura

Tidak hanya keseruan santap hidangan, tradisi Yu Sheng asal Singapura ini juga memiliki filosofi menarik sebagai pilihan perayaan

Editor: Fatimah
SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR.
KEMBANG API 

SERAMBINEWS.COM - Perayaan Imlek 2019 tinggal menghitung minggu, yuk kenali tradisi Yu Sheng, keseruan santap hidangan perayaan Tahun Baru China asal Singapura.

Untuk merayakan perayaan tahun baru Imlek 2019, tradisional Yu Sheng yang berasal dari Singapura juga mulai dilakukan masyarakat Indonesiayang ikut perayaan Tahun Baru China.

Tidak hanya keseruan santap hidangan, tradisi Yu Sheng asal Singapura ini juga memiliki filosofi menarik sebagai pilihan perayaan Tahun Baru Chinaatau Imlek 2019.

Baca: 32 Tahun Berumah Tangga, Jokowi Ungkap Rahasia Keharmonisan Keluarganya

Dilansir Grid.ID dari www.scmp.com, tradisi Yu Sheng atau adalah kegiatan makan bersama dalam sebuah piring besar berisi aneka sayur dan daging.

Sayur yang biasa digunakan antara lain irisan kol, timun, wortel, lobak, manisan jeruk, dan potongan daging ikan mentah ditaruh di piring besar.

Biasanya piring besar tersebut berada di tengah meja bundar dan di kelilingi anggota keluarga saat perayaan Imlek.

Baca: Malaysia Dicoret Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Dunia karena Tolak Atlet Israel

Di depan meja setiap anggota keluarga berdiri dan telah memegang sumpit masing-masing.

Namun mulai tradisi Yu Sheng, anggota keluarga ada yang bertugas menuang saus plum, minyak wijen, dan jeruk lemon untuk awalan.

Selesai menuangkan saus, minyak wijen, dan memeras lemon lantas doa diucapkan bersama dengan lantang.

Baca: 5 Obat Darah Tinggi Berbahaya ini Resmi Ditarik BPOM

Berikut doa yang biasa diucapkan dalam tradisi Yu Sheng "Da ji da li dan Nian nian you yu!" yang merupakan harapan akan ketentraman, kebersamaan, dan keberutungan sepanjang tahun.

Barulah tradisi Yu Sheng dilakukan semua anggota keluarga.

Para anggota keluarga mulai melempar sayuran di piring tinggi-tinggi dengan sumpit yang telah dipegang.

Baca: Buka Raker Kepala Madrasah di Aceh Timur, Daud Pakeh Sampaikan Tiga Mantra Menteri Agama

Menurut kepercayaan yang berkembang, semakin tinggi sayuran yang dilempar maka semakin tinggi pula kesempatan harapan terkabul.

Tumpah ruah sayuran di piring besar biasanya diiringi suara tawa hangat dan barulah memulai makan bersama Imlek.

Tradisi inilah yang disebut yu sheng, lazimnya dilaksanakan ketika Imlek.

Baca: Buka Raker Kepala Madrasah di Aceh Timur, Daud Pakeh Sampaikan Tiga Mantra Menteri Agama

Namun ternyata tradisi tersebut tidak hanya bersama keluarga dan hanya untuk warga Tionghoa, tetapi bisa siapa saja.

Dilansir Grid.ID dari laman kompas.com, tradisi Yu sheng populer di Indonesia sekitar lima tahun belakangan.

 
Tradisi Yu Sheng bukanlah tradisi peranakan Tionghoa-Indonesia, melainkan berasal dari Singapura.

Baca: 5 Obat Darah Tinggi Berbahaya ini Resmi Ditarik BPOM

Di Singapura, tradisi Yu Sheng mulai diperkenalkan oleh kalangan pendatang dari Kanton.

Ternyata jenis daging yang digunakan dalam hidangan tiap tradisi Yu Sheng memiliki makna tersendiri.

Ikan dipilih sebab dari bunyi 'yu' yang artinya 'ikan' dalam bahasa Kanton sama bunyi dengan 'rezeki'.

Baca: Nasir Djamil Benarkan Myanmar Sudah Bebaskan 14 Nelayan Aceh

Kemudian 'lo hei' disingkat 'hei' yang artinya 'lemparkan' punya bunyi yang sama dengan 'bahagia' .

Uniknya kalau menilik budaya makan orang Kanton, hampir tidak ada santapan ikan mentah.

Namun catatan orang kanton menyantap ikan mentah ditemukan dari catatan kuno pelajar Liu Su dari zaman Dinasti Sui (581-618) dan Dinasti Tang (618-907).

Baca: Bocah Tunanetra Hafal Al Quran 30 Juz Viral di Medsos, Kisah Perjuangannya Bikin Hati Terenyuh

Lantas pendatang dari Kanton mulai menggunakan ikan karena di Singapura terdapat ikan yang melimpah.

Inilah yang diduga kuat mengapa tradisi yu sheng pada akhirnya lebih populer di Singapura dibanding di tanah asalnya.

Apalagi, berdasarkan National Library Board Singapore, tradisi yu sheng semakin populer ketika empat orang koki Singapura berdarah Kanton, Tham Yew Kai, Sin Leong, Lau Yoke Pui dan Hooi Kok Wai meracik saus plum untuk dituang di atas sayuran dan daging.

Baca: Peneliti UI: Diaspora Aceh dalam ASNLF Masih Aktif Sampai Sekarang

Empat orang koki ini juga menjadi koki legendaris pada era 1960an sampai mendapat julukan 'Four Heavenly Kings' atau Empat Raja dari Surga.

Mereka berguru pada orang yang sama yakni Luo Chen, seorang Koki kanton legendaris kelahiran Hongkong.

Luo Chen adalah koki di Cathay Hotel yang kini sudah tutup.

Baca: Dubes Myanmar: Pembebasan Nelayan Aceh Atas Dasar Reciprocity, Kapten Kapal Tetap Diadili

Dikisahkan meskipun sudah bekerja dan mengelola restoran masing-masing, empat koki legendaris anak didik Luo Chen ini sering meracik hidangan bersama, termasuk salah satunya yu sheng.

Keseruan dan keunikan tradisi Yu Sheng sebagai hidangan pembuka, memiliki proses yang seru, dan filosofi di baliknya, yang membuat tradisi ini diadaptasi oleh banyak restoran dan hotel di Malaysia dan Indonesia.

Kini banyak restoran dan hotel yang menawarkan paket makan perayaan Cap Go Meh atau Imlek 2019 dengan tradisi Yu Sheng.

Dengan adanya tradisi Yu Sheng, maka perayaan Tahun Baru China dan Imlek 2019 menjadi lebih seru dan menyenangkan. (*)

Artikel ini tayang di Grid.Id dengan judul : Imlek 2019 : Mengenal Tradisi Yu Sheng, Keseruan Santap Hidangan Perayaan Tahun Baru China Asal Singapura

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved