Kisah 2 Mantan Tentara Anak Saat Konflik Ambon, Dulu Saling Berperang dan Kini Bersahabat
Konflik berdarah di Maluku yang mulai pecah pada 1999 telah memberangus kebahagiaan masa kecil Ronald Regang dan Iskandar Slameth.
“Yang kami tahu hanyalah membela Tuhan dan agama, serta tempat tinggal mereka,” ujar Ronald.
Pada tahun 2003, konflik sempat mereda.
Namun, konflik kembali pecah pada 2004.
Saat itu, isu yang dipermasalahkan bukan lagi soal agama, melainkan separatisme.
Ronald dan teman-temannya pun bingung harus berjuang atau tidak ketika itu.
“Namun akhirnya saya berjuang untuk mempertahankan tempat tinggal atau perbatasan. Di tahun yang sama, saya mendapat ‘hadiah’ peluru bersarang di paha kiri saya," ucap dia mengenang masa itu.
Pulang sekolah langsung perang
Sementara itu, Iskandar berperang saat duduk di bangku SMP.
Awalnya, ia bersilaturahim kepada teman dan saudaranya pada momen lebaran.
Di tengah jalan, ia melihat ada warga berkelahi.
Iskandar berpikir itu hanya perkelahian biasa.
Setelah pulang ke rumah dan mandi, Iskandar siap-siap pergi main.
Baru beberapa meter dari rumah, ia dipanggil kakaknya untuk jangan pergi ke mana-mana.
Kakaknya memberitahukan bahwa telah terjadi konflik bernuansa SARA di Ambon.
“Kakak saya bilang Batu Merah (Kota Ambon) sudah kacau,” kata Iskandar.