MUI Tidak Pernah Mengeluarkan Fatwa Golput Haram, Hanya Imbau Masyarakat Mencoblos dan Tak Golput

Ketua MUI Bidang Fatwa Huzaimah menegaskan bahwa MUI tidak pernah menerbitkan fatwa golput atau tidak memilih dalam Pemilu adalah haram

Editor: Faisal Zamzami
Dok Istimewa Via Kompas
Pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp24,7 triliun dari anggaran Negara untuk membiayai pelaksanaan Pemilu tahun ini? Entah baru tahu atau sudah tahu, maka sebaiknya jangan tak memilih atau jadi golput (golongan putih). (Dok Istimewa) 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Huzaimah menegaskan bahwa MUI tidak pernah menerbitkan fatwa golput atau tidak memilih dalam Pemilu adalah haram.

"Tidak pernah MUI mengeluarkan fatwa (golput) haram," kata Huzaimah saat dikonfirmasi, Rabu (27/3/2019).

Hal ini ditegaskan Huzaimah menanggapi sejumlah pemberitaan di media massa dan informasi di media sosial yang menyebut MUI mengharamkan golput.

Menurut dia, MUI hanya mengimbau agar masyarakat menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2019, baik untuk pemilihan legislatif dan pemilihan presiden.

"Kami hanya mengimbau masyarakat agar menggunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin," kata dia.

Menurut Huzaimah, akan baik bagi demokrasi jika masyarakat berbondong-bondong menggunakan hak pilihnya ke TPS.

Masyarakat diimbau memilih pemimpin dengan empat syarat, yakni sidiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (aspiratif dan komunikatif), dan fatonah (cerdas atau memiliki kemampuan).

"Syarat-syarat itulah yang harus jadi kriteria bagi masyarakat dalam memilih seorang pemimpin," kata dia.

Sementara Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI Muhyiddin Junaidi mengimbau masyarakat tak golput pada Pemilu 2029.

Ia mengatakan MUI mengimbau masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.

"MUI minta agar masyarakat Indonesia, bangsa Indonesia, pertama, mereka harus menggunakan hak pilih mereka," ujar Muhyidin saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (25/3/2019).

Ia pun meminta masyarakat tak terpecah belah dalam momen Pemilu 2019.

Menurut Muhyidin, perbedaan pilihan dalam Pemilu 2019 merupakan keniscayaan sehingga harus disikapi dengan wajar.

Ia juga meminta para kandidat di pilpres dan pileg untuk siap kalah dan tak memprovokasi masyarakat bila gagal meraih kemenangan.

Muhyidin pun meminta masyarakat memilih dengan rasional dan tak termakan provokasi kandidat.

Terlebih, kata Muhyidin, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk Islam terbesar yang menganut sistem demokrasi.

Karena itu, kata dia, Indonesia harus mencontohkan kepada negara lain tentang kedewasaan dalam berdemokrasi.

"Jadi kalau gara-gara pilpres kita berkelahi, kayaknya malu, menampar muka bangsa Indonesia khusunya umat Islam," tutur Muhyidin.

"Nanti akan ditertawakan, katanya negara Muslim terbesar, tapi gara-gara berbeda pilihan lagi ribut, ya itu kasihan, terutama bagi masyarakat luas. MUI insya Allah mendoakan bahwa pilpres ini berjalan lancar dan tidak ada ribut, siap kalah siap menang," lanjut dia.

Tiga Jenis Golput Menurut Pengamat

Founder dan CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali menjabarkan tiga kategori golongan putih (golput).

Kategori pertama adalah golput ideologis.

Artinya, pemilih merasa kedua pasangan calon tidak ada yang sesuai dengan ekspektasinya.

"Di satu sisi, dia tidak puas dengan kinerja Jokowi, di sisi lain dia tidak sreg dengan Prabowo-Sandiaga," kata Hasanuddin saat acara diskusi bertajuk "Analisis Hasil Survei: Mengapa Bisa Beda?", di Upnormal Coffee, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2019).

Kemudian, golput teknis.

Hasanuddin menjelaskan bahwa pada kategori ini, pemilih tidak memilih karena terkendala hal-hal teknis.

 Misalnya, pemilih yang tidak mengetahui waktu pelaksanaan pencoblosan Pemilu 2019 hingga terkendala terkait Kartu Identitas Penduduk elektronik (e-KTP).

Seperti diketahui, e-KTP merupakan salah satu syarat utama bagi WNI untuk bisa memilih di Pemilu 2019.

Sudah Sejak Pemilu 2014 Jenis terakhir disebut sebagai golput apatis.

Menurutnya, pemilih dalam kategori ini memang tidak peduli dengan pesta demokrasi tersebut.

"Ketiga golput apatis, mereka cuek tidak mau datang ke TPS karena tidak tertarik dengan proses pemilu. Yang kita lihat, pemilih yang golput apatis ini didominasi oleh pemilih dengan usia muda," ungkap dia.

Baca: Harga Telur Ayam di Abdya Berkisar Rp 30.000 sampai Rp 37.000 Per Papan, Permintaan Tinggi

Baca: Videonya Meminta jadi Istri Kedua Sandiaga Uno Viral, Vincenti Tiffani Beri Pengakuan Ini

Baca: VIDEO - Kisah Sedih di Nagan Raya, Bayi Bocor Jantung Ditinggal Pergi Sang Bunda

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "MUI Hanya Imbau Masyarakat Mencoblos, Tak Haramkan Golput"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved