Suku Terasing Togutil Diduga Serang 5 Warga saat Berburu di Hutan, 3 Orang Tewas dan 2 Kritis

Sebanyak 5 warga di Desa Waci, Kecamatan Maba Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, menjadi korban atas penyerangan orang tak dikenal

Editor: Faisal Zamzami
Facebook
5 Pemburu Diserang Suku Primitif di Maluku Utara, 3 Tewas Dipanah, Ini Penjelasan Polisi Setempat. Kelompok suku primitif Togutil di hutan Halmahera saat berebut mendapatkan makanan dari warga kota. Videonya sempat viral. 

“Padahal mereka sebenarnya baik. Sifat mereka itu, kalau melihat warga, lari. Begitu pun sebaliknya, kalau warga melihat suku Togutil, lari juga,” kata Rahman Saha, salah satu pembina Togutil, Kamis (8/2/2018).

“Kalau melihat warga di hutan, mereka akan ikuti dari belakang dengan harapan ada jejak sisa makanan. Ada juga yang mendatangi kamp-kamp perusahaan. Mereka di sana akan berkomunikasi baik-baik dengan menggunakan bahasa Tobelo untuk minta makanan maupun pakaian,” kata Rahman.

Begitulah cara hidup mereka selama berpuluh-puluh tahun di dalam hutan.

Kehidupan di antara mereka mulai berubah total ketika para pencari kayu gaharu di kawasan hutan Halmahera Timur, sekitar Oktober 2016 mendapati satu di antara mereka (Togutil) dalam kondisi memprihatinkan.

Wanita itu dalam kondisi kelaparan, sangat lemah. Tidak berpakaian, setengah badannya hanya ditutupi daun.

“Melihat kondisinya demikian, akhirnya ditawarkan untuk dibawa ke perkampungan dan ia pun menyetujuinya. Dia berkata, kalau dia merasa lebih baik akan kembali lagi ke hutan yang ditempuh dengan jarak tiga hari, untuk memanggil keluarganya lagi,” ujar Rahman. 

s

Sekelompok Togutil saat ditemukan di hutan Halmahera, Maluku Utara(KOMPAS.com/YAMIN ABD HASAN)

Dari situ, kata Rahman, semua keluarganya yang terdiri dari dua kepala keluarga dengan jumlah 10 orang akhirnya ikut bersama pencari kayu gaharu tadi masuk ke permukiman warga hingga dibawa ke Kota Ternate.

Di dalam kota, mereka sempat berpindah-pindah. Mereka menjadi tontotan warga. Puluhan warga setiap harinya mendatangi mereka, melihat langsung tampang Togutil yang selama ini hanya didengar melalui cerita orang-orang.

“Dari sini kita mulai ajarkan mulai dari kebersihan diri, menyapu, cuci piring, pakaian, mengenal huruf dan membaca,” kata Rahman.

“Butuh kesabaran ekstra untuk membina mereka, meski sempat suatu ketika semuanya melarikan diri dan kembali ke hutan karena merasa diperlakukan tidak baik, tapi akhirnya kembali lagi ke perkampungan,” kata Rahman.

Setelah mengenal dan dapat berbahasa Indonesia, mereka akhirnya tertarik untuk masuk agama Islam dan memakai hijab. Dari sini diajarkan tata cara berwudhu, baca tulis Al Quran hingga shalat.

“Sekarang mereka sudah hidup bermasyarakat di Galela (KabupatenHalmahera Utara), bahkan ada yang mengikuti lomba azan. Dan, setiap dua bulan sekali dikunjungi oleh Ustaz Nurhadi dari yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Ternate,” kata Rahman lagi.

Nurhadi mengaku, sudah ada sekitar 80 orang Togutil yang masuk Islam. Sebagian besar dari mereka saat ini kembali ke hutan, dan ada yang tinggal di pinggir hutan Kabupaten Halmahera Timur. Di sana mereka terbagi dalam beberapa titik lokasi dan hidup berkelompok.

“Meski kembali ke hutan tapi kami masih melakukan pengawasan dengan mengunjungi mereka setiap bulan dalam rangka pembinaan secara berkelanjutan. Mereka yang kembali ke hutan, paling tidak sudah mengetahui gerakan shalat dan setiap hari Jumat turun ke kampung untuk melaksanakan shalat Jumat di masjid,” kata Nurhadi.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved