6 Tahun Lalu Pesawat Lion Air JT 904 Jatuh di Laut Bali, Inilah Deretan Faktanya

Pesawat Lion Air JT 904 jenis Boeing 737-800 saat itu mengalami kecelakaansaat hendak mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

Editor: Fatimah
KOMPAS.COM/MUHAMMAD HASANUDIN
Pesawat Lion Air JT 904 Boeing 737-800 

KNKT tidak menjelaskan lebih rinci penyebab jatuhnya pesawat tersebut dalam laporan sementara itu.

Atas temuan tersebut, KNKT mengeluarkan tiga rekomendasi yang menitikberatkan pada langkah segera untuk meningkatkan perhatian terhadap aspek keselamatan penerbangan.

Pertama, Lion Air diminta memastikan telah memberikan pelatihan memadai bagi pilot-pilotnya.

Baca: PWI Abdya Beri Pelatihan Jurnalistik untuk Siswa SMAN 3 Abdya

Kedua, memastikan pilot menjalankan prosedur yang sesuai regulasi saat mengambil alih kendali pada waktu dan ketinggian kritis.

Ketiga, memastikan pilot tahu bagaimana merespons saat penglihatan terbatas dan pesawat sedang di posisi altitude atau ketinggian rendah.

2. Ganti Rugi

Dilansir Tribunnews.com, ganti rugi yang diberikan Lion Air pada korban pesawat jatuh di Bali pada 13 April 2013 adalah Rp 55 juta.

Adapun perincian uang santunan sebesar Rp 50 juta dan uang ganti rugi bagasi yang dibulatkan menjadi Rp 5 juta karena sesuai peraturan Kementerian Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, maksimal penggantian uang bagasi sebesar Rp 4,6 juta.

Baca: Amerika Serikat Kerahkan Sistem Pertahanan Anti-rudal THAAD ke Rumania

Akan tetapi salah satu penumpang, Risa Suseanty, pembalap sepeda downhill saat itu menolak ganti rugi tersebut dengan alasan ia masih ingin memintai penjelasan dari pihak maskapai.

"Kedatangan saya untuk memenuhi undangan dari Lion Air. Tapi, justru saya mau tanya, tujuan dari pemberian uang ini apa?" kata Risa di lobi Arion Swiss Bellhotel, Jalan Otto Iskandardinata, Kota Bandung, Selasa (23/4/2013), lokasi penyerahan uang ganti rugi Lion Air.

Risa tampak tersinggung dengan maksud dan tujuan dari pihak Lion Air dalam hal pemberian santunan tunai tersebut.

Menurutnya, kerugian yang diderita bukan hanya dari segi materiil, melainkan juga dari segi psikologis dan mental.

"Kerugian saya bukan dari sekadar materiil, tapi mental dan psikis saya juga. Kalau memang ada penggantian untuk bagasi yang hilang, banyak barang-barang saya yang memiliki sentimental value yang hilang dan rusak. Saya bukan jualan barang-barang bekas," ujarnya.

Baca: Bupati Shabela Ajak Warganya Sukseskan Pemilu 2019

Risa menambahkan, bukan penggantian berupa materi yang dibutuhkan olehnya, melainkan tanggung jawab dan kejelasan secara profesional dari Lion Air.

"Kalau perlu, saya yang bayar Rp 55 juta kepada pimpinan Lion Air, biar dia saya suruh naik pesawat terus jatuh di air. Uang Rp 55 juta itu kecil, berapa kali balapan saya bisa dapat. Tapi, bukan itu yang saya butuhkan," tuturnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved