Dahsyatnya Perang Aceh dalam Mural Kerkhof
Dibangun sejak 1880, Kherkof menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi lebih dari 2.200 serdadu Hindia Belanda.
Penulis: Nurul Hayati | Editor: Yusmadi
Laporan Nurul Hayati | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dibangun sejak 1880, Kherkof menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi lebih dari 2.200 serdadu Hindia Belanda.
Bangunan yang dirintis oleh Pemerintah Belanda itu, menjadi saksi dahsyatnya perang yang berkecamuk di provinsi yang menjadi ‘daerah modal’ republik ini.
Kherkof sendiri berasal dari Bahasa Belanda, yang berarti halaman gereja atau kuburan.
Oleh Pemerintah Belanda selaku penyandang dana, mempercayakan Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menjaga kondisi makam.
Nah! Jika anda menyambangi Kerkhof sekarang, maka anda mendapati dinding yang dulunya kusam menjadi semarak dengan mural.
Baca: Mengungkap Kerkhoff
Baca: VIDEO - Belasan Nisan di Kompleks Kuburan Kerkhoff Banda Aceh Tumbang
Baca: Soal Nisan Tumbang di Kerkhoff Banda Aceh, Yayasan: Sebenarnya Inilah Bukti Kehebatan Bangsa Aceh
Baca: Pameran Foto di Peutjut Kerkhof, Ajak Pengunjung Menengok Aceh Tempo Dulu
Adalah 'Apotek Wareuna' Komunitas Muralis 'menyulap' dinding yang dulunya terlihat bermuram durja menjadi lebih hidup.
"Mural tersebut bercerita tentang peringatan perang Aceh 13 April 1873, tatkala penjajah Belanda mengeluarkan ultimatum. Kami sudah menyiapkan 30 mural bertema perjuangan, untuk dilukiskan di dinding Kherkhof," beber Kasi Pelestarian Cagar Budaya Disbudpar Aceh, Yudhi.
Ia menjelaskan, pihak Yayasan Kerkhof Peutjoet menyambut baik gagasan tersebut.
Pun begitu, kata Yudhi, meski sudah mempunyai konsep dan menggandeng komunitas muralis, keberlanjutannya masih menunggu anggaran dana.
Digarap sejak 8 Maret 2019, pengerjaan mural tersebut sementara dianggap selesai. (*)