Opini
Pesona ‘Haji Uma’
SEBUAH kejutan spektakuler terjadi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 ini. Ya, kejutan itu adalah raihan suara fantastis
Akibatnya, mereka cenderung pasif. Tidak berani bersuara. Padahal, mereka dipilih untuk bersuara, menyambung lidah masyarakat ke penguasa. Bukan untuk diam saja. Selain itu, pada faktanya, juga tidak banyak politisi yang peduli pada urusan-urusan masyarakat bawah sebagaimana yang dilakukan Haji Uma. Padahal, isu-isu semacam itulah yang mampu menarik simpati masyarakat di semua levelnya.
Tapi di balik semua itu, kunci utama pesona Haji Uma yang kian masyhur adalah pada kemampuan tim medianya dalam memublikasikannya respons Haji Uma atas isu-isu viral dan populer yang menyentuh hati masyarakat sebagaimana yang disebut di atas.
Tim media Haji Uma, tampak cukup mampu membaca lintasan peristiwa-peristiwa populer di tengah masyarakat dan kemudian menghadirkan respons Haji Uma dalam bentuk siaran pers. Inilah yang tampaknya modal penting pesona Haji Uma yang telah mengantarkannya menjadi calon senator dengan raihan suara yang begitu fantastis dalam Pemilu.
Oleh sebab itu, capaian Haji Uma ini sudah seharusnya memberi pelajaran berharga bagi para politisi. Bahwa cara terbaik untuk meraih simpati publik adalah hadir ke tengah-tengah masyarakat dan memberikan jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat kelas bawah.
Lebih dari itu, jadilah politisi yang selalu berpihak bersama rakyat. Jadilah juru bicara rakyat di hadapan penguasa. Bukan juru bicara penguasa di hadapan rakyat. Selama ini rakyat memiliki juru bicara yang sangat sedikit ketika berhadapan dengan penguasa. (abu.erbakan@gmail.com)