Hoaks dan Waled Nu
PEMILU 17 April 2019 telah usai. Tapi cerita di balik pemilu belum dapat ditinggalkan
Waled Nu adalah murid dari didikan Teungku Abdul Aziz, murid langsung dari Abuya Muda Wali dan merupakan generasi kedua pemimpin Dayah MUDI setelah Teungku Abi Hanafiah. Abuya Muda Wali, adalah seorang ulama besar, yang tegas tapi bersahabat dalam perbedaan pilihan politik. Keberadaan ulama dayah dalam perspektif sejarah pendidikan Aceh dapat di katagorikan ke dalam dua bentuk; dayah gerakan dan dayah pendidikan. Melihat situasi sosial politik Aceh dewasa ini, dayah dengan segala instrumen yang dimilikinya, memiliki potensi untuk kembali berubah, dari dayah pendidikan menjadi dayah gerakan.
Tampaknya, Waled Nu dengan segala risikonya, telah membuka jalan bagi kembalinya dayah gerakan di Aceh. Akhirnya, hoaks dan Waled Nu adalah sebuah imajinasi kontradiktif. Hoaks adalah musuh rakyat (enemy of the people). Sedangkan Waled Nu adalah ulama rakyat (leader of the people). Musuh rakyat, basis gerakannya ancaman dan provokasi. Ulama, seperti Waled Nu basis gerakannya adalah pengetahuan, di mana dengan ilmunya ia mampu membaca setiap tanda-tanda. Waled Nu menjadi antitesis dari Tom Nichols tentang matinya kepakaran (the death of expertise).
Karena ia memiliki keberpihakan, atas nilai-nilai pengetahuan. Keberpihakan Waled Nu terhadap salah satu paslon menjadi petunjuk bahwa ulama dayah, mulai meneropong zona sosial politik sebagai bagian dari ibadah. Semoga! (mukhlisuddin.ilyas@gmail.com)