Kalah di Irak dan Suriah, ISIS Menuju Afghanistan dan Rencanakan Serangan ke Amerika Serikat
Sisa-sisa anggota kelompok ISIS yang telah terusir dari Irak dan Suriah kini disebut sedang menuju Afghanistan
SERAMBINEWS.COM, KABUL - Sisa-sisa anggota kelompok ISIS yang telah terusir dari Irak dan Suriah kini disebut sedang menuju Afghanistan untuk melanjutkan perang dan mempersiapkan serangan yang spektakuler ke Amerika Serikat.
Peringatan itu datang ketika ISIS berupaya menegaskan pengaruh regional setelah hilangnya "kekhalifahan" di Timur Tengah, usai dinyatakan kalah di Irak dan Suriah, sementara Asia Selatan sedang terguncang oleh serangkaian serangan yang menghancurkan.
"Kami tahu beberapa orang telah kembali ke sini dan berusaha mentransfer pengetahuan, keterampilan, dam pengalaman yang mereka pelajari di sana," ujar seorang pejabat senior intelijen AS di Kabul, kepada AFP.
"Jika kita tidak melanjutkan tekanan kontraterorisme terhadap ISIS di Afghanistan, akan ada serangan di Tanah Air kami dan serangan spektakuler, mungkin dalam tahun ini," tambah pejabat itu, yang tidak bersedia diungkapkan identitasnya dengan alasan keamanan.
Sebuah laporan PBB baru-baru ini menyebut, jumlah anggota ISIS di Afghanistan mencapai sekitar 2.500 hingga 4.000 orang.
Jumlah yang sama sempat diungkapkan Pentagon pada dua tahun lalu.
Senator AS Jack Reed, dari Komite Senat Layanan Bersenjata, mengatakan usai kunjungannya ke Afghanistan baru-baru ini, ISIS di Khorasan, atau yang disebut dengan IS-K oleh afiliasi lokal, telah bertumbuh baik dalam jumlah maupun kemampuan.
Pada 2017, Pentagon sempat memperkirakan bahwa IS-K dapat dihapuskan pada tahun itu.
Tapu misi NATO di Afghanistan telah meremehkan keuletan kelompok itu.
"Misi NATO di Afghanistan menyadari bahwa ini lebih dari sekadar masalah di Nangarhar selatan dan sebaliknya akan mengambil tindakan lebih untuk mengatasinya," kata pejabat itu, merujuk pada benteng IS-K di Afghanistan timur.
Selama setahun terakhir, jenderal dan tim ahli telah tiba di Kabul untuk membantu Jenderal Scott Miller, jenderal bintang empat yang bertanggung jawab atas pasukan AS dan NATO, untuk menangani IS-K.
Kehadiran IS-K dapat mempersulit tercapainya kesepakatan damai dengan Taliban, yang telah berjanji untuk mencegah teroris menggunakan Afghanistan sebagai suaka untuk merencanakan serangan asing.
Menurut AS, kelompok IS-K bertanggung jawab atas enam serangan berprofil tinggi di Kabul, pada 2016 dan pada 2017 jumlah itu bertambah menjadi 18, kemudian terus bertambah pada 2018 dengan 24.
Sementara itu, Pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi kembali muncul di video untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir.
Dalam video berdurasi 18 menit yang dirilis oleh media propaganda Al-Furqan itu, Baghdadi terlihat mengenakan jubah berwarna hitam, rompi krem, dan cambang putih.
Diberitakan Newsweek Senin (29/4/2019), dengan senapan serbu tipe Kalashnikov diletakkan di dekatnya, Baghdadi terlihat berbicara dengan sejumlah orang yang mukanya disamarkan.
Di video itu, Baghdadi menyatakan pertempuran dengan negara Barat merupakan perjuangan panjang.
Namun, dia mengakui kelompoknya sudah menuai kekalahan.
Dia merujuk kepada kemenangan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), koalisi yang disokong Amerika Serikat (AS), ketika merebut desa Baghouz di timur Suriah.
"Pertempuran di Baghouz sudah usai. Namun perjuangan itu menunjukkan kekejaman dan sikap barbar negara Barat melawan komunitas kita," terang Baghdadi.
Dia juga menyebut kekalahan lain ISIS di sejumlah tempat seperti Mosul (Irak) dan Sirte (Libya).
Namun, Baghdadi bersikukuh dia tidak menyerahkan tempat itu.
"Tuhan telah memerintahkan kita untuk meneruskan perjuangan dan jihad. Namun, Dia tidak memerintahkan kita untuk mendapatkan kemenangan," papar dia.
Dia menambahkan pertempuran itu menunjukkan "keberanian" dan "kegembiaraan" dari pengikutnya yang garis keras ketika melawan negara-negara Barat.
Terdapat pesan yang mengklaim rekaman itu diambil pada April ini, dan bertepatan dengan peringatan terbentuknya ISIS pada April 2013, atau enam tahun silam.
Video yang dirilis itu merupakan kemunculan perdana Baghdadi dalam lima tahun terakhir.
Atau tatkala dia mendeklarasikan "khilafah" di Masjid Agung Nuri Mosul pada Juli 2014.
Sebelum rekaman itu menyebar, sejumlah laporan menyebutkan dia terbunuh dalam serangan udara atau kabar kesehatannya menurun dan membuat dia tidak bisa berkuasa sebagai Pemimpin ISIS.
Utusan AS untuk Suriah James Jeffrey pada akhir Maret lalu mengatakan menemukan Baghdadi dan petinggi ISIS lainnya merupakan prioritas utama mereka.
"Sampai saat ini, kami belum tahu di mana dia berada," terang Jeffrey.
Pendapat senada juga diutarakan Laksamana Madya Igor Kostyukov dari Departemen Intelijen Utama Rusia.
Kepada kantor berita TASS, Kostyukov menuturkan keberadaan Baghdadi belum diketahui.
"Yang pasti, dia tidak berada di Idlib atau tepi Sungai Eufrat," papar dia.
Baca: Tangkap Bupati Kepulauan Talaud Sri Wahyumi, KPK Sita Barang Mewah dan Uang Rp 500 Juta Lebih
Baca: Oknum Polda Jawa Timur Disebut Transfer Uang 80 Juta ke Mucikari Vanessa Angel, Polda Jatim Bantah
Baca: Setya Novanto Terpergok di Rumah Makan Padang, Ditjen Pemasyarakatan Janji Tindak Tegas
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kalah di Irak dan Suriah, ISIS Menuju Afghanistan dan Rencanakan Serangan ke AS"