Tasawuf Underground, Saat Anak Punk Belajar Mengaji Tanpa Harus Buru-buru Mengubah 'Identitasnya'
Kerisauan Halim Ambiya (45) melihat minimnya pendidikan agama terhadap anak-anak punk dan jalanan membuatnya tergerak untuk turun tangan.
Maka sejak tiga tahun lalu, Halim dibantu rekan-rekannya di komunitas memutuskan untuk terjun langsung menjangkau anak punk dan jalanan.
Awalnya bukan di kolong jembatan layang Tebet, tapi di bilangan Ciputat, Tangerang Selatan.
“Ternyata ketika saya masuk ke mereka tidak butuh energi besar, kalau caranya benar. Caranya yaitu persahabatan. Di situ lahir berbagi ilmu, berkah, berbagi pekerjaan,” tutur Halim yang merupakan dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
“Tidak bisa mereka didekati dengan nasihat biasa, harus disentuh secara pribadi. Jadi, persahabatan itu kunci utama. Akhirnya mereka yang meminta saya untuk mengajarkan mengaji dan salat.”
Baca: Ditabrak Vios, Pengendara Sepeda Motor Luka Berat
Ia menjelaskan, saat ini terdapat 45 anak punk dan jalanan yang rutin mengikutin kegiatan Tasawuf Underground di Tebet.
Mereka tidak hanya diajarkan shalat, mengaji, dan hadits, tetapi juga dibekali ilmu keterampilan seperti menyablon, desain grafis, serta bermain musik.
Halim berharap anggapan negatif di masyarakat tentang anak punk dan jalanan dapat hilang.
“Lihat tampilannya berbeda, bertato, sudah dicurigai mencuri sandal. Padahal mereka hanya datang untuk merasakan bagaimana kesejukan masjid,” katanya.
“Tapi orang-orang di masjid, yang konon dianggap suci, menganggap mereka sampah. Padahal itu tugas masjid untuk merangkul mereka. Masjid harus menjemput bola.”
Baca: Korban Kebakaran di Idi Rayeuk Terima Bantuan Pemkab Aceh Timur
Kegiatan Tasawuf Underground di kolong jembatan Layang Tebet berlangsung setiap Jumat dan Sabtu pada pukul 14.00 hingga 17.00 WIB.
(Annas Furqon Hakim)
Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Tasawuf Underground, saat Anak Punk Belajar Mengaji, Tanpa Harus Buru-buru Mengubah 'Identitasnya'