Ramadhan 1440 H

Benarkah Tidur Siang di Bulan Ramadhan Jadi Ibadah? Berikut Penjelasannya

tidur orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya tasbih, amalnya dilipatgandakan, doanya mustajab dan dosanya diampunkan.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Hand over
Tgk Muhazzir Budiman MA, Dosen STISNU Aceh. 

Benarkah Tidur Siang di Bulan Ramadhan Jadi Ibadah? Berikut Penjelasannya

Oleh: Tgk. Muhazzir Budiman, M.A

Sudah populer dalam masyarakat Islam, khususnya masyarakat Aceh tentang tidur siang orang yang berpuasa adalah ibadah.

Menurut hemat penulis, pernyataan ini muncul berdasarkan sebuah hadis Rasulullah saw., yaitu nawm al-shā’im ‘ibādah wa shumtuhu tasbīh wa ‘amaluhu mudā’afu wa du’āuhu mustajābon wa zanbuhu maghfūron.

Artinya; “tidur orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya tasbih, amalnya dilipatgandakan, doanya mustajab dan dosanya diampunkan”.

Namun, kemudian pernyataan itu menjadi persoalan dalam masyarakat Islam.

Sebagian menolak dan sebagian yang lain mengamalkannya.

Persoalan ini muncul ketika didatangkan argumen bahwa bulan puasa adalah bulan beribadah dan berbuat yang baik, bukan bulan tidur-tidur.

Dalam kitab al-Mughnī karya al-Iraqi yang merupakan kitab takhrij atas hadis-hadis yang ada dalam kitab Ihya’ ‘Ulūm al-Din al-Ghazali disebutkan bahwa hadis itu ada dalam kitab Amālī Ibnu Mandah dari riwayat Ibnu al-Mughirah al-Qawas dari Abdullah bin Umar dengan sanad dha’if (lemah).

Al-Iraqi menyatakan juga bahwa ulama hadis tidak pernah menyebut riwayat Ibnu al-Mughirah kecuali hanya hadis itu.

Dalam Fatawa al-Azhar pada Bab nawm al-sāim, jilid ke-9 dalam al-Maktabah al-Syamilah NU disebutkan bahwa hadis itu juga diriwayatkan oleh Abu Mansur al-Dailami dalam Musnad al-Firdaws dari hadis Abdullah bin Abi Awfi.

Dalam sanad tersebut ada Sulaiman Ibn Umar al-Nakh’iy yang merupakan salah seorang pendusta.

Dengan demikian, jelaslah bahwa status hadis tersebut adalah bukan hadis sahih dan bukan hadis hasan.

Maka boleh jadi hadis dha’if (lemah) atau bahkan mungkin hadis mawdhu’ (palsu).

Dan tidak bisa secara pasti menetapkan langsung sebagai hadis mawdhu’ tanpa proses penelitian dari takhrij ulama, sebagaimana isu-isu terdengar selama ini.

Baca: Beda Waktu Beda Pahala, Ini Kumpulan Pahala Shalat Tarawih dari Malam Pertama Ramadhan Hingga Akhir

Baca: 7 Amalan yang Dianjurkan Rasulullah SAW di Malam Lailatul Qadar Ramadhan 1440 H

Analisis Hadis

Terlepas dari keotentikan sanad hadis, namun yang pasti dari segi maknanya terdapat dua tinjauan.

Pertama, orang yang berpuasa akan selalu berkumpul bersama manusia yang lain, baik di rumah, di tempat kerja, di majlis ilmu, di pasar dan lain-lainnya.

Dalam perkumpulan dengan manusia lain itu maka sering kali terjadi hal-hal yang dapat menghapus pahala atau keutamaan puasa.

Antara hal-hal yang dapat menghapus hikmah puasa tersebut adalah terjadinya dusta, ghibah, melihat perempuan atau laki-laki yang mahram, marah, dan lain-lain.

Salah satu cara untuk mengantisipasi dari bahaya-bahaya itu adalah tidur pada siang hari.

Dengan tidur, maka orang yang berpuasa akan terhindar dari bahaya-bahaya tersebut.

Nah, bentuk antisipasi seperti ini dalam agama Islam dianggap sebagai ibadah.

Yang disebut dengan ibadah salbiyah (yang bersifat pentiadaan bahaya-bahaya tersebut).

Ibadah seperti ini sama dengan ibadah sedekah yang Rasulullah saw. wajibkan atas setiap individu muslim.

Jika tidak ada harta untuk bersedekah, maka hendaklah seorang muslim menahan diri dari berbuat yang buruk karena imsak dari berbuat yang buruk adalah sedekah juga.

Karena itu, maka tidurnya orang yang berpuasa pada siang hari Ramadhan adalah ibadah dan berpahala.

Baca: Niat dan Tata Cara Shalat Idul Fitri Sendirian dan Berjamaah

Kedua, orang yang berpuasa dalam bulan Ramadhan dituntut agar memperbanyak amal baik, terutama ibadah-ibadah wajib.

Tidur-tidur pada siang hari bulan puasa dapat menyebabkan terganggu atau tertinggal amal-amal baik.

Dan bisa juga mewariskan lemah dan malas.

Maka tidur seperti ini adalah bertentangan dengan agama.

Agama memerintahkan memperbanyak amal baik dalam bulan Ramadhan, agama memerintahkan berlindung dari lemah dan malas.

Islam adalah agama berkreatif dan memproduksi,walaupun dalam bulan Ramadhan.

Baca: 108 Purnawirawan TNI/Polri Tolak Hasil Pemilu, Nyatakan Ikut Aksi 22 Mei

Amalan Para Sahabat

Lihat para sahabat, mereka tetap bekerja dan beramal dalam bulan Ramadhan, padahal mereka sedang berpuasa.

Bahkan banyak peperangan yang menang terjadi dalam bulan Ramadhan, seperti perang Badar dan penaklukkan kota Mekkah.

Ini menunjukkan bahwa puasa bukan alasan untuk berkreatif dan memproduksi.

Atas dasar itu, maka tidur siang hari dalam bulan Ramadhan yang berakibat seperti demikian adalah salah dan bukan ibadah.

Apa lagi kalau tidur sepanjang hari dalam bulan Ramadhan yang tertinggal salat 5 waktu dan ibadah-ibadah lain.

Maka tentu salah dan bukan ibadah sama sekali. Apapun alasannya.

Kendati pun puasa tidak batal dengan tidur sepanjang hari itu, namun ia tetap bukan ibadah.

Bahkan merupakan suatu maksiat dan berdosa jika tertinggal ibadah wajib dengan sengaja.

Karena kaidah Ushul Fiqh menyatakan bahwa perintah sesuatu adalah larang sebaliknya.

Perintah wajib suatu ibadah maka larangan haram meninggalkannya.

Persoalan ini telah di jawab oleh majlis Fatawa al-Azhar, maka bisa merujuk kepada Fatawa al-Azhar.

Baca: Calon Anggota DPRA dari Partai Aceh Berguguran di Pemilu 2019, Caleg Petahana Tinggal Enam Orang

Tradisi Masyarakat

Sudah menjadi tradisi masyarakat Islam saat bulan Ramadhan beristirahat. Sehingga banyak masjid dipenuhi oleh orang-orang yang tidur.

Begitu juga di surau, musalla, dan rumah-rumah.

Meneropong tradisi tidur-tidur umat Islam dalam bulan Ramadhan, maka dapat dibagi kepada tiga model.

Pertama, tidurnya orang-orang yang berpuasa dalam bulan Ramadhan karena lelah sebab lapar dan dahaga, untuk memelihara puasa dan untuk persiapan agar kuat ibadah.

Ada juga karena tidak tidur malam sebab qiyamul lail, maka tidur siang hari untuk persiapan qiyamul lail malam selanjutnya.

Umumnya tidur umat Islam seperti ini dalam bulan Ramadhan tidak tertinggal amal-amal baik.

Maka tidur seperti ini adalah baik dan jadi ibadah.

Kedua, tidurnya orang-orang yang berpuasa dalam bulan Ramadhan karena sudah menjadi tradisi dan tidak ada tujuan apapun untuk ibadah.

Selain itu, juga pengaruh faktor lapar dan dahaga, dan faktor tidak tidur malam.

Biasanya kebanyakan masyarakat seperti ini sudah menjadi tradisi dalam bulan Ramadhan tidak tidur malam, dan mereka berkumpul semua di meunasah atau masjid.

Namun mereka walaupun tidur-tidur di meunasah atau masjid tetap melaksanakan salat 5 waktu dan amal-amal baik lainnya.

Maka tidur model kedua ini adalah di anggap baik dan menjadi ibadah salbiyah, karena dengan tidur itu mereka terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat menghapus pahala puasa tersebut.

Ketiga, tidurnya orang-orang yang berpuasa pada siang hari dalam bulan Ramadhan karena malas dan lesu, tidak tidur malam, menganggap tidur orang yang berpuasa ibadah, dan pengaruh praktek tradisi yang berlebihan.

Biasanya mereka itu tidur sepanjang siang Ramadhan dan tertinggal sebagian salat 5 waktu, juga tertinggal amal-amal baik lainnya.

Mereka baru bangun ketika sore hari dan keluar simpang gampong atau jalan-jalan sore saampai waktu berbuka.

Maka tidur orang yang berpuasa model ketiga ini tentu tidak baik, salah, dan bukan ibadah sama sekali.

Karena tidur mereka bukan terhindar dari bahaya-bahaya tersebut, tapi mendatangkan bahaya lain yang lebih besar, yaitu tertinggal salat dan timbul sifat lemah dan malas.

Dengan demikian, jawaban dari benarkah tidur siang di bulan Ramadhan ibadah? adalah terperinci.

Tergantung model tidurnya.

Dan hadis tidur orang yang berpuasa adalah ibadah bisa digunakan sebagai fadhailul a’mal.

Artinya hadis tersebut sebenarnya berbicara tentang kelebihan bulan Ramadhan dan targhib bagi umat Islam.

Namun tidur yang dimaksudkan dalam hadis itu tentu tidur yang sesuai dengan aturan agama Islam, karena tidak mungkin Rasulullah melegalkan sesuatu yang berlawanan dengan aturan agama Islam secara mutlak. Wallahua’lam.

Penulis adalah Dosen Hukum Islam STISNU Aceh, Pengurus harian Dewan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Alumni Dayah (DPP ISAD). Email: muhazzir86@gmail.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved