Breaking News

Info Haji 2019

Jamaah Haji Indonesia Diminta Waspadai Serangan ”Heatstroke”, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Jika tidak segara diatasi, pitam panas (heatstroke) bisa menyebabkan kematian. Kasus pitam panas pada jamaah haji Indonesia pertama muncul tahun 2015.

Dinkes RI/Dinkes RI
Foto seorang jamaah haji Kloter I Indonesia musim haji 2018 tiba di Madinah, Arab Saudi, Selasa (17/7/2018). 

Jamaah Haji Indonesia Diminta Waspadai Serangan ”Heatstroke”, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Calon jamaah haji Indonesia diminta memberi perhatian lebih pada kondisi tubuh untuk mencegah berbagai serangan penyakit selama melakukan ibadah haji.

Salah satu penyakit yang patut diwaspadai oleh calon jamaah haji adalah pitam panas atau heatstroke.

Jika tak segera diatasi, pitam panas ini bisa menyebabkan kematian.

Tahun 2019, terdapat penambahan kuota haji sebanyak 10.000 orang.

Dari penambahan tersebut, total jemaah yang diberangkatkan menjadi 231.000 orang.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka, Rabu (3/7/2019), mengatakan, suhu di Arab Saudi bisa 46-50 derajat celsius.

Suhu seperti itu dapat memicu terjadinya pitam panas.

Heatstroke bisa dicegah dengan banyak minum air putih. Jamaah haji juga harus proaktif pakai payung selama berada di luar ruangan,” ujarnya.

Baca: Penting! Keberangkatan Jamaah Haji Aceh Dipercepat, Ini Jadwalnya

Pitam panas terjadi karena tubuh kekurangan cairan.

Biasanya, kondisi ini dipicu oleh cairan tubuh yang menguap dan banyaknya keringat yang keluar.

Hal ini bisa menyebabkan kandungan air di dalam darah menjadi kurang sehingga darah tidak dapat mengalir sampai kepala.

Jika tidak segara diatasi, pitam panas bisa menyebabkan kematian.

Baca: VIDEO - Jamaah Calon Haji akan Disajikan Gulai Khas Aceh, Abon Keumamah Hingga Ayam Tangkap

Kasus pitam panas pada jamaah haji Indonesia pertama muncul tahun 2015.

Meski belum ada kasus kematian yang terjadi, pemerintah tetap berupaya memaksimalkan pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi kepada jamaah haji.

Eka menuturkan, jamaah haji Indonesia masih perlu penguatan pengetahuan tentang ilmu kesehatan selama menjalankan ibadah.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka. (KOMPAS/DEONISIA ARLINTA)

Selain itu, penguatan tenaga kesehatan pun perlu dilakukan untuk memastikan kesehatan jemaah dalam kondisi baik.

Pada Senin (1/7/2019), Menteri Kesehatan Nina F Moeloek memberangkatkan 24 orang dari 308 anggota panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH).

Panitia yang diberangkatkan ini merupakan kepala bidang dan kepala seksi yang akan mengatur kedatangan jamaah haji.

Baca: Kankemenag Langsa Gelar Manasik Haji, Jamaah Tertua 99 Tahun dan Termuda 18 Tahun 

Mereka juga merupakan tenaga kesehatan yang akan bertugas mengawal jamaah haji selama melakukan ibadah haji.

”Saya juga minta kepada tim promotif preventif (TPP), tim gerak cepat (TGC), pemasok obat-obatan, dan tim lain yang diperlukan untuk menjaga stabilitas jemaah haji. Siapkan semua dengan sebaiknya pada saat mulai kedatangan di Arab Saudi,” katanya.

Tahun 2019, terdapat penambahan kuota haji sebanyak 10.000 orang.

Dari penambahan tersebut, total jemaah yang diberangkatkan menjadi 231.000 orang.

Baca: Jepang Dilanda Hujan Lebat, 1 Juta Lebih Penduduk Diperintahkan Evakuasi dan Mengungsi

Oleh karena besarnya jumlah jemaah, tim kesehatan diharapkan bisa lebih memperkuat kesigapannya dalam memastikan kesehatan mereka.

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Bambang Wibowo mengatakan, pemerintah juga menyiapkan fasilitas layanan kesehatan, baik layanan di dalam klinik maupun di luar klinik.

”Perbaikan layanan terus kami tingkatkan, terutama untuk menjamin keselamatan pasien, seperti dalam pencegahan infeksi,” ujarnya.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved