Haji 2019
5 Kisah Calon Haji di Balik Niat Sujud di Tanah Suci, Simpan Uang di Koper hingga Menabung 30 Tahun
Sejumlah calon haji harus berjuang memeras keringat dan menunggu bertahun-tahun untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah.
Cita-cita untuk menjalankan ibadah haji yang dimiliki Marliah sejak kecil, bakal segera terwujud.
Namanya terdaftar sebagai calon haji asal Jombang yang akan berangkat pada 23 Juli 2019.
Terwujudnya harapan Marliah untuk pergi haji, tak lepas dari kegigihannya menyisihkan sebagian penghasilan dari berjualan sayur keliling.
Pekerjaan sebagai 'bakul lijo' sudah dijalani selama kurang lebih 35 tahun.
Marliah mengatakan, dia mendaftar haji pada tahun 2011 diantarkan oleh anak perempuannya.
Sejak saat itu dirinya rutin menabung untuk biaya haji.
"Nabung setiap hari Rp 10.000, mulai tahun 2011. Setiap hari (penghasilan) saya sisihkan untuk tabungan (haji) itu," ungkapnya.
Selain dari kegigihan menyisihkan uang sebesar Rp 10.000 dari penghasilan, Marliah juga mengaku menerima tambahan uang dari anak-anaknya.
"Ada tambahan, kalau dikasih anak-anak langsung saya tabungkan," kata Marliah.
4. Menabung sejak 1965, pasangan kakek-nenek ini berangkat haji

Wajah bahagia terpancar dari pasangan suami istri, Haki (92) dan Satuni (72), warga Jodipan Wetan, Gang 1, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (9/7/2019).
Hal itu karena sebentar lagi, Kamis (11/7/2019), pasangan lanjut usia itu akan berangkat menunaikan ibadah haji.
Dengan usia yang sudah 92 tahun, Haki menjadi jemaah tertua di Kota Malang.
"Dari dulu sudah ingin naik haji," katanya saat berbincang dengan Kompas.com di kediamannya, Selasa.
Perjuangan Haki untuk menginjakkan kaki ke Tanah Suci tidak mudah.
Haki yang merupakan pedagang kaki lima sejak 1965 sedikit demi sedikit menyisihkan penghasilannya.
Saat itu, Haki berjualan jaket dan berbagai jenis pakaian.
Sebuah pekerjaan yang ditekuninya hingga saat ini.
Biasanya, Haki berjualan di Pasar Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, dan di Pakis, Kabupaten Malang.
Melalui pernikahannya dengan Satuni, Haki dikaruniai 12 anak, tetapi dua di antaranya meninggal.
Saat ini, Haki sudah dikaruniai 24 cucu dan dua cicit.
Di sela-sela menafkahi keluarga, Haki rutin menabung.
Biasanya, ia menyisihkan penghasilan ke dalam sebuah koper yang disimpan di rumah.
"Menabung di rumah mulai tahun 1965. Kalau dagangan laku, disisihin," ujarnya.
Pada 2013, Haki mendaftarkan diri untuk naik haji ke Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang menggunakan uang hasil tabungan itu.
Melalui percepatan antrean lanjut usia, Haki akhirnya bisa berangkat tahun ini.
5. Penjual rujak naik haji usai tabung selama 7 tahun

Pasangan suami istri lansia, Sahyun (75) dan Kaiah (71), asal Kelurahan Selong, RT 013, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Nusa Tengga Barat, merasa bersyukur dan berbahagia karena tahun ini mereka akan berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah dari hasil berjualan rujak.
Ditemui di rumahnya yang sederhana di kota Selong, Sahyun menyebutkan, dirinya tak menduga akan dipanggil namanya bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
“Saya tak menyangka kalau saya akan dipanggil namanya untuk pergi haji. Ini seperti mimpi, mungkin karena memang sudah takdir saya juga,” ungkap Sahyun saat ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019).
Selama 7 tahun sudah Sahyu berjualan rujak buah. Dia selalu berusaha untuk menabung walau jumlahnya kecil, hanya Rp 5.000 per hari, dan berharap suatu saat nanti, tabungan itu bisa untuk menunaikan ibadah haji.
“Dari hasil jualan itu, saya selalu meniatkan untuk menabung sebagai biaya untuk naik haji walau sedikit per hari saya tabung 5 ribu rupiah," tutur Sahyun sambil mengusap air mata bahagia.
Perjalanan sebagai penjual rujak memang tidak selalu mulus dialami oleh Sahyun.
Suatu ketika, rujak Sahyun pernah difitnah mempunyai jampi-jampi pelaris.
Karena saking larisnya, anak-anak menangis minta untuk dibelikan rujak Pak Sahyun.
“Duka yang saya paling ingat itu, pernah dibilang saya pakai jampi-jampi karena laris. Anak-anak kalau melihat rombong rujak saya menangis minta untuk dibelikan,” tutur Sahyun sambil minum kopi di rumahnya.
Sementara itu, Kaidah, istrinya yang setia menemani hidup Sahyun selama ini, setiap hari bertugas membuat bumbu rujak dan pergi ke pasar membeli buah.
“Kalau saya tugasnya membuat bumbu rujak, ngulek-ngulek sambal, dan pergi ke pasar membeli buah, seperti jambu, bengkoang, mangga, pepaya, dan buah yang lain," kata Kaidah yang berada di samping suaminya.
Sebelum berjualan rujak, bapak empat anak ini pernah menggeluti bermacam-macam pekerjaan, dari buruh, berjualan es, berjualan bakso, tetapi hal itu dirasanya bukan jalan terbaik untuk mengais rezeki.
Hingga 2012, ia beralih menjadi tukang rujak sampai saat ini.
“Sebelum berdagang rujak, pekerjaan saya serabutan, dari tukang gergaji kayu, nyangkul di sawah orang, berjualan bakso sampai es, udah saya kerjakan, tapi itu tidak lancar sehingga saya merasa nyaman berjualan rujak sampai sekarang,” tutur Sahyun.
Baca: Tak Banyak yang Tahu, Ini Manfaat Daun Mangga bagi Kesehatan, Dapat Digunakan Untuk Kontrol Diabetes
Baca: Sekitar 2 Hektar Kebun di Gandapura Terbakar, Damkar Bireuen Dikerahkan
Baca: Korban Pelecehan Seksual Baiq Nuril Menangis di Gedung DPR RI, Yakin Keadilan Akan Terwujud
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita di Balik Niat Sujud di Tanah Suci, Simpan Uang di Koper hingga Menabung 30 Tahun"