Konflik Antarsuku Tewaskan 24 Orang di Papua Niugini, Tentara Mulai Amankan Lokasi Penyerangan

Tentara telah mulai mengamankan desa tempat terjadinya penyerangan bermotif konflik antarsuku di pedalaman barat daya Papua Niugini.

Editor: Faisal Zamzami
ABC News
Jadi Korban Perang di Papua Nugini, Wanita Hamil dan Anak Kecil Dimutilasi Hingga Tak Bisa Dikenali 

SERAMBINEWS.COM, PORT MORESBY - Tentara telah mulai mengamankan desa tempat terjadinya penyerangan bermotif konflik antarsuku di pedalaman barat daya Papua Niugini.

Sedikitnya 24 orang dilaporkan tewas, termasuk dua perempuan hamil dan anak dalam kandungannya, dalam serangan yang terjadi dalam tiga hari.

Insiden penyerangan bersenjata itu terjadi di dua desa di Provinsi Hela, Papua Niugini.

Para korban tewas telah dikubur, sementara pencarian para pelaku pembunuhan juga telah dimulai.

Dilansir Reuters, lebih dari selusin orang tewas dalam serangan di desa dataran tinggi, Karida, sekitar 630 kilometer arah barat laut ibu kota Port Moresby, Senin (8/9/2019), dalam serangan pembalasan atas bentrokan antarsuku yang terjadi sebelumnya.

"Kami menguburkan jenazah-jenazah itu di bawah pengawalan ketat polisi dan pasukan pertahanan," kata Pills Pimua Kolo, seorang pekerja kesehatan di Karida, dalam pesan singkat kepada Reuters.

Sementara ditambahkan Komandan Polisi, Teddy Augwi, lebih banyak tentara yang dikirim dari provinsi yang bertetangga, pada Kamis (11/7/2019).

"Mereka sedang dalam perjalanan ke sini saat ini, saat saya sedang berbicara. Saya akan mengirimkan setiap orang yang tersedia dengan tim pertahanan ke Karida," ujar Teddy kepada stasiun televisi EMTV.

Sebuah foto yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Papua Niugini pada 9 Juli 2019 menunjukkan mayat-mayat di sebuah jalan di Provinsi Hela. Sedikitnya 24 orang, termasuk dua wanita hamil dan janinnya, terbunuh dalam tiga hari kekerasan antarsuku di dataran tinggi Papua Niugini.(HANDOUT/AFP)
Sebuah foto yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Papua Niugini pada 9 Juli 2019 menunjukkan mayat-mayat di sebuah jalan di Provinsi Hela. Sedikitnya 24 orang, termasuk dua wanita hamil dan janinnya, terbunuh dalam tiga hari kekerasan antarsuku di dataran tinggi Papua Niugini.(HANDOUT/AFP) 

Konflik kekerasan antarsuku telah lama melanda negara miskin namun kaya sumber daya itu, di mana ada lebih dari 800 bahasa asli.

Meski demikian, serangan yang terjadi pada awal pekan lalu di Karida tetap mengejutkan.

Para korban dibungkus dengan kelambu dan diletakkan di tepi jalan dengan beralaskan daun kelapa, sebelum akhirnya dikuburkan dan ditutup beton dan besi bergelombang pada Rabu (10/7/2019).

Tampak warga desa lainnya berdiri di sekitar kuburan, dengan pasukan bersenjata lengkap berpatroli di dekatnya.

Pemicu penyerangan belum diketahui, namun serangan itu menjadi gejolak terbaru dari konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

"Beberapa masalah ini telah mengakar," kata Menteri Kepolisian Papua Niugini Bryan Kramer kepada wartawan di Port Moresby, Kamis (12/7/2019), sebelum mengunjungi lokasi insiden.

"Beberapa pembunuhan keji ini, orang-orang ini saling mengenal. Ini berkaitan dan sangat kesukuan. Itu bukan sesuatu yang bisa kita perbaiki dalam semalam," ujarnya.

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape, yang berasal dari provinsi Hela, mengaku terkejut dengan kabar tersebut dan menjanjikan balasan terhadap para pelaku.

"Ini adalah salah satu hari tersedih dalam hidup saya. Banyak anak-anak dan ibu yang tidak bersalah terbunuh di desa Munima dan Karida, di daerah pemilihan saya," kata Marape.

Dalam salah satu insiden di Karida, pelaku penyerangan telah membunuh enam wanita, delapan anak-anak, termasuk dua perempuan hamil dan janin mereka.

Penyerangan itu terjasi selama sekitar 30 menit.

"Pelaku kriminal bersenjata, waktu kalian sudah habis," kata Marape.

"Belajarlah dari apa yang saya lakukan terhadap para penjahat yang membunuh orang yang tidak bersalah. Saya tidak takut menggunakan hukuman terberat untuk kalian," tambahnya, mencatat bahwa hukuman mati sudah menjadi hukum di Papua Nugini.

Belum jelas apa yang memicu penyerangan di dua desa itu, namun banyak yang menduga hal itu dipicu perseteruan lama yang didorong oleh tindakan pemerkosaan, pencurian, atau sengketa batas wilayah.

Di Provinsi Enga, di sebelahnya, gelombang kekerasan serupa telah mendorong pembentukan garnisun militer darurat dan pengerahan sekitar 100 tentara pemerintah di bawah komando seorang mayor lulusan akademi militer Inggris.

Marapa belum memberi rincian sebaran pasukan keamanan, namun tampak jengkel dengan sumber daya yang ada saat ini.

"Bagaimana bisa sebuah provinsi berpenduduk 400.000 orang dapat bekerja dengan hukum dan ketertiban di bawah 60 personel polisi, dan sesekali militer yang tak lebih untuk pemeliharaan," kata Marape.

Perdana Menteri Papua Niugini, James Marape mengatakan dalam postingannya di Facebook, dia akan "datang untuk" para pembunuh.

Hal serupa disampaikan penjabat komisaris polisi, Francis Tokura.

"Ini adalah tindakan biadab dan tidak manusiawi. Itu adalah tindakan kriminal yang ingin saya tangani dengan cepat dan kuat," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tentara Mulai Amankan Desa Tempat Terjadinya Konflik Antarsuku di Papua Niugini"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved