Gunung Tangkuban Parahu Erupsi
Gunung Tangkuban Parahu Erupsi, Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbing Kembali jadi Obrolan Hangat
Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu obyek wisata di Jawa Barat yang terletak di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang sudah dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah warna menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di Gunung Putri dan berubah menjadi setangkai bunga Jaksi.
Sangkuriang terus berlari, setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung Berung, ia menghilang ke alam gaib
Perahu yang ditendang hingga terbang melayang itu terjatuh terbalik dimitoskan menjadi Gunung Tangkuban Parahu.
Bachtiar mengatakan bahwa legenda itu diciptakan oleh orang selatan karena hanya dari wilayah selatan (lembang), Gunung Tangkuban Parahu terlihat seperti perahu yang terbalik.
“Jadi yang menciptakan legenda itu (Tangkuban Parahu), ya, pasti orang selatan,” pungkasnya.
Baca: Berpenghasilan Fantastis, Bocah 6 Tahun Ini Jajan Rumah Seharga Rp 100 Miliar
Catatan dari ahli...

Gunung Tangkuban Parahu erupsi pada Jumat (26/07/2019). Letusan gunung yang terletak di Jawa Barat itu terjadi pukul 15.48 WIB.
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (26/7/2019), erupsi Jumat sore itu seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat. Meski begitu ahli vulkanologi Surono mencatat sejumlah hal lain.
"Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap Surono melalui sambungan telepon.
"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya.
Menurutnya, tanda-tanda inilah yang membuat gunung api dipantau.
Badan yang bertanggung jawab atas gunung api akan memantau dan mengamati bagaimana perilaku gunung agar bisa menentukan aktivitas yang terjadi.
"Terakhir saya tangani 2013. Itu nggak normal juga," ujar Surono.
"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ. Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.