Feature

Menelusuri Jejak Aceh di Sibolga, Tempat Para Tekong dan Pengelola Pelabuhan Menggerakkan Ekonomi

Sebelum adanya Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Sibolga adalah pusat bongkar muat untuk wilayah Sumatera, dan Pangkalan TNI Angkatan Laut.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA
Abdul Karim dan Ismail Rasyid (nomor satu dan dua dari kanan) bersama beberapa tokoh di Sibolga. 

Laporan Fikar W Eda I Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat Sibolga tidak asing dengan orang Aceh.

Sebab sebagian besar tekong atau nahkoda kapal ikan di Sibolga adalah orang Aceh.

Jejak lainnya, pengusaha Aceh penggerak aktivitas pelabuhan Sibolga.

"Rata-rata para tekong di Sibolga adalah orang kita Aceh. Jadi, antara Aceh dan Sibolga sangat dekat sekali hubungannya, baik dalam ekonomi maupun budaya," kata Syahlul Situmeang, politisi dan tokoh masyarakat Sibolga yang pernah menjabat Ketua DPRD Kota Sibolga selama dua periode 2004-2009 dan 2009-2014.

Syahlul mengatakan, sebagai tekong, orang Aceh adalah ahlinya.

Mereka menahkodai kapal penangkap ikan sampai ke perairan Nikobar dan beberapa perairan lainnya.

"Sementara di perairan Sibolga tidak banyak ikannya. Sibolga hanya tempat bongkar tangkapan," kata Syahlul memuji peran Aceh sebagai tokang, Senin (29/7/2019) malam.

Sementara di bidang pengelolaan pelabuhan, ada Ismail Rasyid, pengusaha Aceh asal Matang Kuli Aceh Utara.

Sebelum Rumah Wartawan Terbakar, Istri: Ada Orang Tinggi Besar Datang Tanya Pak Asnawi

Senator Fachrul Razi Minta Kapolres Usut Tuntas Pembakaran Rumah Wartawan Serambi di Agara

Dai Kondang Pidie Jumpa Wapres Jusuf Kalla di Jakarta, Diskusi Kemajuan Aceh

Sejak lima tahun silam terlibat dalam kerja sama pelabuhan bersama Pelindo.

Ismail Rasyid adalah rekan dekat Syahlul.

Keduanya sudah berteman lima tahun lalu.

"Saya adalah bagian dari aktivitas Pelabuhan Sibolga. Saya kerja sama dengan Pelindo Sibolga, pengelola pelabuhan tersebut," kata Ismail Rasyid.

Salah seorang Aceh yang berprofesi sebagai tekong adalah Abdul Karim.

Ia merantau ke Sibolga pada 1989.

Berasal dari Lhoksukon Aceh Utara.

Sejak tahun 2000 diberi kepercayaan sebagai tekong.

Menikah dengan perempuan Sibolga dikaruniai empat anak.

"Orang kita banyak jadi tekong, selain ada juga pengusaha, pegawai negeri, tentara, polisi dan sebagainya," kata Abdul Karim dalam bahasa Aceh.

Sebagai tekong, pria berusia 52 tahun ini telah menjelajahi perairan Nikobar, Bengkulu, Palembang, Lampung dan Jakarta.

"Wah..sudah kemana-mana kami menangkap ikan," kata Abdul Karim, yang merantau ke Sibolga awalnya diajak teman.

Abdul Karim sebelumnya bekerja sebagai kenek bus di Medan.

"Lalu datang kawan, diajak ke Sibolga. Saya turut saja, dan akhirnya sampai sekarang saya menetap di Sibolga," kenangnya.

Unik, Rumah di Solo Selebar 1 Meter ini Viral, Lihat Begini Penampakan Isi Bagian Dalamnya

Cantiknya Gadis Aceh Ini Bak Boneka, Kini Jadi Selebgram dan Banjir Endorse

Keseruan Para Seleb Mengikuti Kajian Ustaz Abdul Somad, Pertanyaan Syahrini Disambut Tawa

Tokoh Aceh lainnya yag lama bermukim di Sibolga adalah Asnawi, juga berasal dari Aceh Utara.

Ia berada di kota pelabuhan itu sejak 12 tahun silam.

Asnawi memiliki dua kapal penangkap ikan.

"Ah masih kecil-kecilan," katanya merendah saat ditanya aktivitas usaha tangkapan ikan.

Sibolga sudah lama terkenal sebagai pusat perdagangan.

Sebelum adanya Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Sibolga adalah pusat bongkar muat untuk wilayah Sumatera, dan Pangkalan TNI Angkatan Laut.

Sibolga berada di pesisir barat Sumatera.

Berbatasan dengan Aceh Singkil, Nias dan Sumatera Barat.

Syahlul menjelaskan, Sibolga artinya besar.

Bekas karesidenan Tapanuli.

Awalnya Sibolga bernama Sibalga dan Sibaga.

"Artinya besar. Lambat laut berubah jadi Sibolga," kata Syahlul.

Dulu Sibolga adalah pelabuhan ekspor ke Eropa.

"Itu semasih pelabuhan lama. Pada masa Belanda," kata Syahlul.

Sibolga disebut kota "berbilang kaum perekat umat beragama.

Lantaran kota itu dihuni oleh banyak suku dan agama. Berjalan harmoni. Di era masa silam, Sibolga juga terkenal dengan pelabuhan Barus, setelah pemekaran Barus masuk dalam Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng).

"Di Barus ada jejak masuknya Islam di Nusantara. Sebuah kota tua," kata Syahlul.

Sampai kini banyak peziarah datang ke Barus.

Penyair Sufi Hamzah Fansyuri menyebut Barus dalam syairnya yang terkenal "Syair Perahu.

"Barus makin dikenal karena di sanalah diekspor kapur barus, berasal dari getah kayu kamper yang berasal dari Singkil. Kan masa itu Barus adalah pelabuhan besar dan maju," kata Syahlul.

Jarak Barus -Singkil tidak terlalu jauh, sekitar 3-4 jam perjalanan darat.

Barus -Singkil adalah jejak lain dari masa silam Aceh.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved