Sutradara Eumpang Breuh Meninggal Dunia, Selamat Jalan Ayah Doe
Dunia perfileman Aceh kembali berduka. Imran Nyak Abeudo alias Ayah Doe, sutradara serial komedi Aceh, Eumpang Breuh, Sabtu (3/8), meninggal dunia
Dunia perfileman Aceh kembali berduka. Imran Nyak Abeudo alias Ayah Doe, sutradara serial komedi Aceh, Eumpang Breuh, Sabtu (3/8), meninggal dunia. Sosok kreatif dan sederhana, yang berhasil mengangkat harkat dan martabat film komedi Aceh.
Inna Lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kabar duka itu dengan cepat menyebar. Sutradara serial komedi Aceh ‘Eumpang Breuh’, Imran Nyak Abeudo alias Ayah Doe, meninggal dunia dalam perawatan medis di Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, sekira pukul 08.50 WIB, Sabtu (3/8).
Pria kelahiran 22 Juli 1972 itu menghembuskan napas terakhir dalam usia 47 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Sarbini dan tiga buah hatinya, Raihan Qusayri (16), Tarika Azzarly (11), dan Nahdan Faiz Al-Arkhan (4). Jenazah Almarhum dikebumikan di Paya Peuntet, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.
Menurut keluarga dan teman karibnya, selama dua tahun terkahir Ayah Doe mengalami komplikasi penyakit, yaitu diabetes, ginjal, jantung, dan paru (sesak). Ayah Doe sempat dirawat satu hari di Rumah Sakit Metro Medical Centre (MMC) Kota Lhokseumawe, Kamis (1/8), lalu keesokan dirujuk ke Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.
Saat dirawat di MMC Kota Lhokseumawe, kondisi Ayah Doe sudah sedikit memprihatinkan. "Masuk rumah sakit jam dua, kemudian jam enam sempat drop, baru sadar jam tujuh. Jam delapan beliau sadar dan ada sedikit bicara dengan kami," kata Muhammad Daud, asisten sutradara yang juga salah satu aktor di serial komedi Aceh, Eumpang Breuh kepada Serambi, Sabtu (3/8).
Malam itu, keluarga Ayah Doe bersama Muhammad Daud dan Haji Uma serta beberapa kerabat lainnya menemani Ayah Doe di rumah sakit. "Jam 8 beliau bangun, sempat menyapa kami, lalu tertidur pulas sampai pagi. Jam setengah empat pagi, almarhum sempat sesak berat," kata Muhammad Daud.
Hingga akhirnya sekira pukul 13.00 WIB Jumat (2/8), almarhum dirujuk ke RSUZA Banda Aceh. "Kondisi sesak sampai tadi malam dan pagi ini (kemarin) kami mendapat kabar duka itu. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun," ucapnya.
Daud mengatakan, sekitar dua bulan lalu, almarhum Ayah Doe sempat menggarap sebuah film bersama segenap aktor serial komedi Aceh Eumpang Breuh. Film yang digarap adalah tentang sosialisasi qanun ternak di Kabupaten Aceh Utara dan itu menjadi karya terakhirnya.
Produser Dhien Keramik Production, H Khairuddin atau yang akrab disapa Bang Din Keramik adalah salah satu rekan akrab almarhum Ayah Doe. Keduanya sudah bersama-sama menggarap serial hiburan dalam bentuk film komedi dan lagu Aceh sejak tahun 1995. Di serial komedi Eumpang Breuh yang cukup fenomenal, Ayah Doe menjadi sutradara sedangkan Bang Din Keramik adalah produser.
Bang Din Keramik berkisah, keduanya mulai memproduksi film sekitar tahun 1995. Saat itu, film yang digarap adalah serial komedi ‘Maepong’. Saat itu, Ayah Doe belum terlalu terikat dengan label Dhien Keramik Production.
Hingga akhirnya, setelah tsunami, tepatnya di tahun 2005, Ayah Doe bersama para aktor, Joni Kapluek, Haji Uma, almarhum Mando Gapi, menggarap film serial komedi Aceh berjudul Eumpang Breuh. "Film Eumpang Breuh episode pertama sudah digarap oleh almarhum Ayah Doe, lalu saya membelinya dan kami produksi bersama," kata Bang Din Keramik.
Lalu kerja sama antara keduanya pun mulai serius. Benar-benar tak disangka, episode pertama Eumpang Breuh saat itu benar-benar meledak di pasaran. Kondisi masyarakat Aceh yang baru saja dirundung duka karena musibah gempa dan tsunami, setidaknya terhibur dengan hadiranya serial komedi dan para aktor yang cukup kocak.
Saat itu, Eumpang Breuh benar-benar menjadi serial komedi terbarukan di Aceh. Film yang menggambarkan kehidupan pedesaan serta realitas hidup masyarakat Aceh yang dikemas dengan cerita cinta dan komedi, menghipnotis masyarakat Aceh. Puluhan ribu keping ludes terjual, bahkan Bang Din Keramik dan tim berulang kali harus memperbanyak dan menjualnya kembali ke pasaran.
Melihat respons masyarakat Aceh yang begitu tertarik dengan episode pertama Eumpang Breuh, Bang Din Keramik dan Ayah Doe langsung melanjutkan ide cerita mereka, memproduksi Eumpang Breuh episode kedua. Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk menggarap kisah selanjutnya.
Aktor-aktor yang punya ciri khas masing-masing juga cukup lihai berakting sehingga membuat Ayah Doe mudah dalam menggarap kisah demi kisah serial komedi teranyar itu.
Episode kedua rampung dan lagi-lagi puluhan ribu keping terjual di pasaran. Mulai saat itu, popularitas para aktor Eumpang Breuh pun mulai melejit, bahkan mengantarkan Ayah Doe menjadi produser ternama. Ayah Doe adalah salah satu figur di balik nama besar Eumpang Breuh. Bersama Bang Din Kramik, Ayah Doe memainkan peran penting dalam mendongkrak popularitas Bang Joni (Abdul Hadi), Haji Uma (H Sudirman), Mando (Sulaiman), Yusniar (Nurrasyidah), Nurleila (Kak Bungsu), dan sederet artis Eumpang Brueh lainnya.
Ia juga dianggap sebagai sosok yang mengangkat harkat martabat film komedi Aceh, dari yang dulunya dipandang sebelah mata, sehingga mendapatkan tempat di hati masyarakat. Buktinya, sejumlah bintang utama Eumpang Breuh melejit menjadi idola dan publik figur.
Sosok sederhana
Namun ibarat padi, kian berisi kian merunduk, begitulah Ayah Doe. Meski Eumpang Breuh telah mengantarnya ke pucak popularitas sebagai sutradara di Aceh, Ayah Doe masih seperti biasa, dia tetap menjadi sosok yang supel, sederhana, dan mudah bergaul dengan siapa saja. "Orangnya sederhana, ramah, dan mudah bergaul. Dalam bekerja pun cukup serius tapi santai, dan cukup tanggung jawab," kata Bang Din Keramik.
Bersama Dhien Keramik, Ayah Doe telah menjadi sutradara 54 film serial komedi plus film pendek, dan beberapa di antaranya album musik Aceh dengan sedera atris ternama.
Ayah Doe juga meninggalkan kenangan tersendiri bagi Haji Uma yang kemudian menjadi Senator Aceh. Dia lah sosok utama yang membentuk karakter Haji Uma yang galak dan pemarah, seperti yang dikenal masyarakat Aceh secara luas. “Ayah Doe benar-benar membentuk karakter saya dalam film tersebut, sehingga bisa berlanjut sampai 13 episode dalam waktu yang cukup lama,” kenang Haji Uma.
Bagi Abdul Hadi alias Joni Kapluk, Ayah doe adalah sosok yang sabar dan teliti dalam dan mudah memberi atau mengajari teman-teman dalam film eumpang supaya sempurna. Joni dan Ayah Doe memang sudah saling kenal sebelum lahirnya film komedi Aceh Eumpang Breuh.
“Banyak sekali ilmu yang diberikan Ayah Doe, dan banyak hal kenangan kami berdua," kata Bang Joni.
Nurrasyidah atau yang lebih dikenal dengan nama Yusniar bahkan sempat tak percaya denga kabar meninggalnya Ayah Doe. Karena itu, Yusniar berusaha mencari informasi dari keluarga besar Eumpang Breuh untuk memastikan informasi tersebut.
Setelah mendengar penjelasan dari Bang Joni, Yusniar baru yakin dengan informasi yang didengarnya itu. “Saya tak percaya kabar tersebut, karena semalam saya berkomunikasi dengan istri Bang Edo,” ujar Yusniar.
Bagi Yusniar, Ayah Doe bukan hanya sutradara, tapi sudah menjadi saudara dan juga sudah menjadi guru baginya. Yusniar mengaku bisa tampil dan memerankan Yusniar dengan baik karena arahan Ayah Doe, termasuk cara berbahasa Aceh yang benar.
Di mata Yusniar, Ayah Doe adalah sosok yang bertanggungjawab dalam segala hal dan dalam bekerja ia tak kenal lelah. “Banyak hal yang saya kagumi dan dimiliki Ayah Doe, jadi saya tak bisa menyebutkan satu-satu,” kenang Yusniar. Selamat jalan Ayah Doe, karya-karyamu akan selalu dikenang oleh masyarakat Aceh.(dan/mas/jaf)