Sawah di Abdya Bisa Dilintasi Motor

Petani dari enam desa dalam kawasan Kecamatan Setia dan Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya (Abdya) tidak bisa menggarap lahan sawah

Editor: hasyim
Sawah milik petani kekeringan dikawasan Mane Kareung, Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe, Kamis (27/7/2017). Sejak sepekan beberapa areal sawah dalam kota Lhokseumawe mengalami kekerigan sehingga membuat petani tidak bisa menanam. SERAMBI/ZAKI MUBARAK 

* Ekses Kemarau Berkepanjangan

BLANGPIDIE- Petani dari enam desa dalam kawasan Kecamatan Setia dan Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya (Abdya) tidak bisa menggarap lahan sawah mereka pada musim tanam (MT) Gadu tahun 2019. Pasalnya, dampak kekeringan yang mengakibatkan turunnya debit air di irigasi teknis membuat persawahan krisis air sehingga ada yang tanahnya mengeras dan bisa dilintasi kendaraan motor.

Amatan Serambi, Rabu (7/8), di Kecamatan Setia, areal sawah yang belum bisa digarap berada di tiga desa, yaitu Desa Cinta Makmur, Moen Mameh, dan Tangan-Tangan Cut. “Areal sawah di tiga desa tersebut belum digarap sama sekali, padahal jadwal turun ke sawah sudah dimulai sejak dua bulan lalu,” kata Keuchik Gampong Cinta Makmur, Junaidi kepada Serambi, kemarin.

Sedangkan di Kecamatan Tangan-Tangan, sawah yang dibiarkan ‘menganggur’ karena tak bisa digarap juga ada di tiga desa, yakni Kuta Bak Drien, Ie Lhop, dan Blang Padang. “Paling parah adalah sawah di Desa Kuta Bak Drien karena permukaan sawah kering kerontang sehinga bisa dlintasi kendaraan bermotor,” tukas Keuchik Gampong Kuta Bak Drien, Syarkani.

Menurut Keuchik Gampong Cinta Makmur, Junaidi, selama ini petani di wilayahnya mengandalkan suplai air dari Irigasi Teknis Krueng Susoh dan Irigasi Krueng Suak di Desa Lhang, serta  beberapa alur (sungai kecil) di daerah itu. Tapi kini, suplai air dari Irigasi Teknis Krueng Susoh sudah terhenti karena habis dipakai petani yang menggarap lahan di kawasan Babah Lhok, Alue Mangota, Alue Dama, dan Pisang.

Sedangkan sungai kecil di Desa Tangan-Tangan Cut dan Cinta Makmur yang selama ini menjadi sumber air bagi persawahan kawasan setempat, juga sudah kering akibat dilanda kemarau. Tak pelak, mandeknya pasokan air ini sangat meresahkan para petani di tiga desa tersebut lantaran mereka terlambat menyemai benih.

“Saat ini, sesuai jadwal sudah masuk tahapan tabur benih, kenyataannya sawah belum bisa diolah sama sekali karena tidak ada air,” keluh Junaidi.

Sementara Keuchik Gampong Kuta Bak Drien, Syarkani menjelaskan, areal sawah setempat hanya mengandalkan suplai air dari sungai kecil (alur) Kuta Bak Drien. Namun, sungai kecil yang menjadi andalan itu saat ini sudah mengering karena dilanda kemarau. Sedangkan jaringan irigasi Krueng Susoh belum menjangkau kawasan itu, demikian juga dengan jaringan Irigasi Tangan-Tangan di Desa Adan. “Kalau sungai kering, petani baru bisa menggarap lahan jika hujan turun sehingga sungai kecil itu berfungsi kembali,” ulasnya.

Pintu pembagi ditutup

Secara terpisah, Komisi Irigasi Krueng Susoh, Darmi yang dihubungi , kemarin, menjelaskan, suplai air dari Krueng Susoh tidak mampu lagi menjangkau lagi areal sawah di beberapa desa dalam Kecamatan Setia. Ia mengungkapkan, penggunaan pintu pembagi air juga tidak tertib karena pintu bagi air di lokasi Babah Lhok (Baharu), Lam Kuta, Alue Mangota, dan Pisang, nyaris habis ditutup, sehingga air yang mengalir ke bawah sangat berkurang, malah ada yang terhenti sama sekali.

Dampaknya, suplai air tidak mampu lagi menjangkau areal sawah yang berada di bawahnya, terutama di Desa Cinta Makmur, Tangan-Tangan Cut, dan Moen Mameh, Kecamatan Setia. Bahkan, areal sawah di Desa Ie Lhop, Kecamatan Tangan-Tangan tidak terjangkau sama sekali. Darmi mengaku, dirinya terjun langsung ke lapangan untuk membuka pintu bagi air yang ditutup nyaris habis tersebut. “Malam-malam saya sering turun untuk membuka pintu bagi air yang berada di bagian atas saluran, namun esok ditutup lagi,” papar Darmi.(nun)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved