Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI
Ternyata Sarinah Lahir dari Tangan Seorang Aceh Bernama Teuku Hamid Azwar
Sarinah yang terletak di Jalan MH Thamrin pada masanya adalah gedung tertinggi di Jakarta selain Hotel Indonesia.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Yusmadi
Sedangkan Presiden Direktur dijabat Dr Suharto, Menteri Perdagangan RI masa itu.
Sebagai tindak lanjut dari pendirian perusahaan PT Departemen Store Sarinah, dibangun Gedung Sarinah di Jalan MH. Thamrin No.11 Jakarta.
Gedung berlantai 14 dan satu lantai basemant (lantai bawah tanah).
Pemancangan tiang pertama pada 23 April 1963 oleh Presiden Soekarno.
Baca: Rekam Jejak Pelaku Bom Sarinah, Perampokan Bank hingga Latihan Militer di Aceh
Baca: Penjinak Teroris Sarinah Resmi Jabat Kapolres Aceh Utara
Baca: FOTO Mengerikan Ledakan Sarinah
Peresmian gedung dilakukan pada 15 Agustus 1966. Ketua proyek pembangunan Gedung Sarinah Prof. Ir Rooseno.
Teuku Hamid Azwar selaku Wakil Presiden Bidang Operasional PT Departemen Store Sarinah, kemudian mengirim 13 orang staf PT Departemen Store Sarinah belajar ke Jepang, salah seorang diantaranya adalah Abdul Latief, yang kelak pernah menjabat Menteri Tenaga Kerja RI dan Presiden Direktur PT. Latief Corporation.
Siapakah Teuku Hamid Azwar?
Ia adalah pejuang kemerdekaan dan kemudian pengusaha.
Ia lahir pada 1916.
Turunan dari Uleebalang Samalanga.
Ayahnya Teuku Ampon Chik Haji Muhammad Ali Basyah, dan ibunya Cut Nyak Po, keturunan dari Teuku Nek Meuraxa, Uleebalang Meuraxa di Ulee Lheue.
Baca: Beredar Kabar Kedubes AS Larang Warganya ke Sarinah Plaza Sebelum Ledakan Bom
Baca: Tiga Bomber Sarinah Mengaku Kuli Bangunan
Baca: Malam Ini, Densus 88 Bergerak Cari Pelaku di Balik Bom Sarinah
Teuku Hamid Azwar menikah dengan Cut Nyak Manyak Kemala Putro, putri Teuku Alibasyah, Uleebalang Peukan Bada Aceh Besar, pada 9 September 1941.
Pasangan ini dikarunia lima anak, yaitu Teuku Syahrul Azwar, Cut Haslinda Syahrul (menikah denga Drs. Teuku Syahrul, lahir Teuku Riefky Harsya, saat ini anggota DPR RI), Teuku Syaiful Azwar, Cut Hilda Azwar, dan Teuku Verdi Azwar.
Sejak kecil mendapat pendidikan agama Islam yang kuat dan sekolah volkschool di Ulee Lheue, selanjutnya Pendidikan HIS di Peunayong dan MULO di Koetaradja.
Teuku Hamid menjalani pendidikan MULO tak sampai setahun, ia dikeluarkan dari sekolah gara-gara kedapatan membawa foto Bung Karno ke sekolah.