Seng Beterbangan di Tengah Malam, Suara Angin Seperti Gemuruh Tsunami

Angin menderu kencang disusul gemuruh hujan. Sesaat kemudian terdengar sura seng, derit balok kayu terangkat, yang kemudian mengujam deras

Editor: bakri
SERAMBI/DEDE ROSADI
Rumah milik Mansurna penduduk Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Aceh Singkil, rusak disapu angin, Minggu (11/8/2019) sekitar pukul 23.50 WIB. 

* 16 Bangunan Rusak Disapu Badai

SINGKIL - Angin menderu kencang disusul gemuruh hujan. Sesaat kemudian terdengar sura seng, derit balok kayu terangkat, yang kemudian mengujam deras menimpa atap rumah.

Peristiwa itu sontak membuat panik warga Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara, Aceh Singkil, yang umumnya telah tertidur lelap, Minggu (11/8) pukul 23.50 WIB. "Sampai ada yang tiarap karena seperti suara gemuruh tsunami," kata Mansurna penduduk Gosong Telaga Barat yang bagian depan rumahnya terangkat sapuan badai, kepada Serambi, Senin (12/8) pagi.

Suasana di tengah malam itu terasa mencekam. Ketika angin terus menderu, listrik mendadak padam. Warga yang terbangun dari tidur lelapnya hanya bisa pasrah bertahan di dalam rumah.

"Aku tidak berani ke luar. Anggota keluarga semua aku larang ke luar," kata Sarimin penduduk Gosong Telaga Barat yang rumahnya ikut rusak disapu angin.

Dua unit rumah yang rusak akibat tersapu angin itu berjauhan sekira 300 meter. Menurut warga yang malam itu sedang duduk di warung tak jauh dari rumah korban, saat kejadian terlihat ada gulungan awan hitam berputar menerbangkan benda yang dilintasinya. Melihat hal itu, mereka segera berhamburan berlindung di dalam rumah.

Wartawan Serambi yang juga tinggal di Desa Gosong Telaga Barat juga ikut merasakan betapa mencekamnya suasana malam itu. Tiupan angin terasa menggentarkan rumah, sementara atap rumah yang terbuat dari seng terdengar berbunyi keras.

Di Desa Gosong Telaga Barat ada enam unit rumah yang rusak. Dua di antaranya rusak berat, yaitu rumah Mansurna dan Sarimin. Sedangkan rusak ringan milik Mahidin, Jahra, Edi dan rumah Badu Amin Sayang.

Rumah Sarimin mengalami ambruk pada atap bagian depan karena tiang penopangnya patah ditiup angin. Sementara rumah Mansurna, seng rumahnya beterbangan dan bagian depan rumahnya terangkat. "Luar biasa suara angin, kami tidak ke luar, di dalam saja," kata Sarimin.

Angin kencang itu juga merusak lima unit rumah di Desa Pulau Baguk, Kecamatan Pulau Banyak. Yaitu rumah milik Rosna, satu unit mess Pos AL Pulau Banyak, rumah milik Piti dan rumah Furkan, serta rumah Muslim penduduk Desa Teluk Nibung.

Salah satu rumah mengalami kerusakan cukup parah. Bagian atap rumah terbang sejauh sepuluh meter bersama dengan rangka bajanya sekaligus. "Akibat angin, di desa kami ada empat rumah rusak," kata Hardi, Kepala Desa Pulau Baguk.

Selain rumah, fasilitas BUMDes di objek wisata Pulau Panjang, Desa Pulau Baguk, berupa gazebo, juga mengalami rusak parah karena tertimpa pohon.

Laporan kerusakan rumah juga diterima Serambi dari Desa Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak. Ada tiga rumah yang mengalami rusak parah, dimana hampir semua bagian atap rumahnya terlepas dihempas badai. Ketiga rumah tersebut masing-masing merupakan milik Martinus Jai, Sudirman Jiliwu, dan Arisman Jiliwu.

Data BPBD

Sementara itu, data sementara yang dirilis oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil, tercatat ada 11 bangunan yang mengalami kerusakan akibat sapuan badai pada Minggu malam itu. Ke-11 rumah itu tersebar mulai Desa Pulau Baguk, Kecamatan Pulau Banyak, kemudian Desa Teluk Nibung, Kecamatan Pulau Banyak, dan di Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara.

Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Namun jumlah warga terdampak sebagaimana laporan BPBD mencapai 39 jiwa.

Bantuan masa panik terhadap para korban juga telah disalurkan, Senin (12/8). Bantuan yang berasal dari Dinas Sosial dan BPBD Aceh Singkil itu diserahkan secara simbolis oleh Bupati Dulmusrid kepada korban badai di Desa Gosong Telaga Barat, Singkil Utara. Bantuan yang diberikan berupa bahan pokok seperti beras, mi instan dan telur. Kemudian terpal dan tikar.

Juga landa Bireuen

Selain di Singkil, badai juga melanda Kabupaten Bireuen, tepatnya di Dusun Meunasah Barat, Desa Pante Gajah, Peusangan. Satu satu unit rumah kontruksi kayu dengan atap rumbia milik Zulham (45) yang ia tempati bersama istri dan tiga anaknya  mengalami kerusakan setelah disapu badai yang terjadi sekitar pukul  23.30 WIB, Minggu (11/8).

Kepala Dinas Sosial Bireuen, Drs Murdani menerangkan, malam itu sebagian wilayah Bireuen memang dilanda angin kencang dan hujan lebat, yang berlangsung mulai pukul 22.30 WIB sampai Senin dini hari. “Laporan sementara dari Tagana, rumah milik Zulham rusak pada bagian atas. Sebagian atapnya diterbangkan dan bagian samping rumah rusak berat. Kita juga sudah menyhalurkan bantuan masa panik untuk keluarga tersebut,” kata Murdani.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas 1 Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar, Zakaria, mengatakan bahwa wilayah Aceh saat ini sedang dilanda musim angin barat.

Zakaria menyebutkan, normalnya kecepatan angin saat musim barat seperti ini adalah 10-40 kilometer/jam. Tetapi kecepatan angin bisa bertambah hingga 90 kilometer/jam jika ada awan konvektif.

"Kalau ada awan konvektif atau awan hujan, maka kecepatan anginnya meningkat sampai 90 kilometer per jam. Kita perkirakan satu dua hari lagi sudah mulai berkurang kecepatan anginnya," kata Zakaria kepada Serambi, Senin (12/8).

Aceh sendiri ia jelaskan, saat ini sebenarnya masih berada pada musim kemarau. Tetapi karena ada sedikit gangguan di Samudera Pasifik berupa tekanan rendah, maka massa udara dari Samudera Hindia bergerak menuju Samudera Pasifik.

"Massa udara ini seperti air, kemana yang rendah kesitu dia turun mengalir. Jadi kalau kita ibaratkan air dari Samudera Hindia mengalir ke Samudera Pasifik, sehingga terjadi angin kencang di wilayah Aceh," sebutnya.

Zakaria menambahkan, angin kencang akhir-akhir ini umumnya terjadi di sore hari yang disertai hujan. Berbeda dengan puting beliung, meski juga disebabkan oleh awan konvektiv, namun pergerakan anginnya memutar.

Kecepatan angin tersebut, lanjut dia, bisa menumbangkan pohon dan baliho. Oleh karena itu ia mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan sebisa mungkin menghindari berteduh di bawah pohon yang sudah tua.

"Begitu juga dengan nelayan agar lebih berhati-hati di laut, dengan kecepatan angin ini bisa meningkatkan tinggi gelombang mulai 0,5 sampai 3 meter untuk wilayah barat selatan Aceh," sebut Zakaria.

Sedangkan untuk perairan Sabang-Banda Aceh, diperkirakan ketinggian gelombang antara 0,5-3 meter. Tinggi gelombang tersebut juga tidak aman bagi nelayan. "Tetap perlu waspada apabila ada awan hitam di darat maupun di laut, karena bisa terjadi petir, angin kencang, puting beliung dan juga hujan es," demikian Zakaria. (de/yus/una)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved