Berita Lhokseumawe
Saat Demo Tolak Kenaikan Iuran BPJS, Siti Nurbaya Lantang Bacakan Puisi "Aku tak Mau Dibungkam"
Jauhnya mata memandang kehidupan penuh dengan ilusi. Kugadaikan hasrat dan jiwaku demi suatu tragedi.
Penulis: Saiful Bahri | Editor: Mursal Ismail
Jauhnya mata memandang kehidupan penuh dengan ilusi. Kugadaikan hasrat dan jiwaku demi suatu tragedi.
Saat Demo Tolak Kenaikan Iuran BPJS, Siti Nurbaya Bersuara Lantang Bacakan Puisi "Aku tak Mau Dibungkam"
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Mahaiswa Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Kota Lhokseumawe, Kamis (12/9/2019) sekitar pukul 10.00 WIB berdemo di depan kantor BPJS Lhokseumawe.
Aksi mereka untuk menolak terkait rencana kenaikan iuran BPJS.
Saat aksi berlangsung, mahasiswa mengusung sejumlah poster yang bertuliskan seperti " Thanks Menkeu Kami Bukan Mesin ATM.
"Orang Miskin Dilarang Sakit", "Jangan Bunuh Kami BPJS," dan lainnya.
Mereka juga berorasi secara bergantian, sehingga tiba waktunya bagi Siti Nurbaya, salah satu peserta aksi diminta maju ke depan untuk membacakan puisi yang berjudul "Aku tak Mau Dibungkam".
Puisi tersebut merupakan karangan dari Akhiruddin yang juga merupakan anggota LMND Lhokseumawe.
Maka bait demi bait dibacakan secara lantang oleh Siti yang merupakan mahasiswi Komunikasi Universitas Malikussaleh tersebut.
Saat pembacaan puisi itu, suasana aksi pun menjadi hening hingga gadis asal Desa Keude Geurebak, Idi Rayeuk, Aceh Timur, tersebut selesai membaca puisi.
Baca: Kapolres Langsa: Nama Bandar Judi Online Sbobet Sudah Kami Kantongi, Cukup Bukti Langsung Ditangkap
Baca: BREAKING NEWS - Perambah Hutan di Nagan Raya Tertangkap, Polisi Sita Puluhan Kayu Olahan
Baca: Pembagian Meja Pedagang di Kualasimpang Aceh Tamiang tidak Merata, Protes yang Tak Dapat Masuk Akal

Berikut puisi yang dibacakan SIti Nurbaya,
AKU TAK MAU DIBUNGKAM
Jauhnya mata memandang kehidupan penuh dengan ilusi.
Kugadaikan hasrat dan jiwaku demi suatu tragedi.
Jiwa dan otak menyatu menjadi idea dan materi.
Mati rasa, mulut mengaung melawan ketakutan yang menjadi-jadi.
Diam di anggap penghianat dan berkata-kata dianggap penjilat.
Di dalam peti masih ada kunci yang tertutup dengan rapat.
Bobol saja segelnya, biar semua orang tahu di balik misteri itu keramat.
Tidak bisa!!! mata dan mulutmu akan kututup hingga rapat.
Sejarah demi sejarah dengan kata-kata yang tak pernah putus.
Meskipun dibungkam, masih ada kata-kata lewat tulisan yang belum terhapus.
Seberapa banyak penindasan yang engkau ciptakan untuk jiwa yang rakus.
Lo pikir gua diam, akan kusambut dengan kata-kata halus yang membius.
Kita sama-sama menghormati perjuangan dengan simbol merah putih.
Selama ini apa yang di perbuat dan apa yang di kasih.
Coba buka mata lihat bagaimana kehidupan, apakah kamu tidak merasakan pedih.
Kurasa? kamu tutup telinga mendengar kata-kata ini, sudahlah lo itu tak tau terimakasih. (*)