Translok
Melihat Kehidupan Warga Translok Alue Demam, Minim Fasilitas dan Sulitnya Akses Transportasi
Kawasan terpencil ini berjarak kurang lebih 6 km dari pemukiman warga. Apalagi, puluhan hektare sawah berproduksi lumayan bagus karena tersedianya ai
Penulis: Abdullah Gani | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Abdullah Gani I Pidie Jaya
SERAMBINEWS,COM.MEUREUDU - Secara umum, kondisi pemukiman Alue Demam Gampong Lampohlada Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, dalam beberapa bulan terakhir cendrung membaik dibandingkan beberapa tahun silam.
Kawasan terpencil ini berjarak kurang lebih 6 km dari pemukiman warga. Apalagi, puluhan hektare sawah berproduksi lumayan bagus karena tersedianya air yang memadai.
Tidak hanya padi yang diusahakan di sana tapi juga palawija seperti kedelai, jagung dan kacang tanah. Begitu halnya aneka jenis tanaman hortikultura.
Hanya saja, karena keterbatasan modal, sehingga belum dapat digarap sepenuhnya.
Keuchik Lampohlada, Asril kepada Serambinews.com Sabtu (14/9/2019) menyebutkan, sungguh pun warga transmigrasi lokal (tarnslok) tergolong betah tinggal di sana, namun mereka dihadang dengan beberapa kendala.
Problema utama yang dihadapi warga translok adalah, kondisi jalan menuju Alue Demam yang belum lancar.
Dari sekitar 6 km jalan menuju ke sana, hanya baru sebagian yang mudah dilalui, sementara sebagian lagi sulit dilintasi.
Karena hampir 2 km badan jalan rusak atau belum diaspal, lanjut Asril, sehingga menyulitkan warga melintas terlebih lagi anak-anak sekolah.
Baca: Lazismu Aceh Barat Salurkan Zakat Produktif untuk Fakir Miskin
Baca: Satlantas Aceh Tamiang Tindak 723 Pengendara, Termasuk Anak di Bawah Umur
Baca: Kasus Perampokan Karyawati Koperasi, Pelakunya Diduga Bersembunyi di Kawasan Ini
Hampir setiap hari khususnya hari anak-anak SD/MI terpaksa diantar orangtuanya ke sekolah.
Jika kebetulan musim hujan kebanyakan mereka praktis absen ke sekolah.
Pemerintan sudah membangun satu unit sekolah dasar di sana. Bangunan dengan jumlah ruang kelas belajar (RKB) tiga buah, hingga sekarang belum difungsikan.
Padahal, mereka sangat mendambakan agar fasilitas dimaksud segera difungsikan.
Persoalan lain adalah menyangkut dengan air bersih. Sungguh pun sumur galian tidak terlalu dalam, namun kehadiran air bersih sangat dibutuhkan, terutama jika ada hal-hal seperti kemalangan atau pun kenduri.
Karenanya, melalui camat setempat, warga yang berjumlah 60 KK atau kurang lebih 130 jiwa meminta agar pemerintah menggali sebuah sumur bor.
Ditanya bagaimana dengan sebagian warga yang belum tinggal dsana, Asril menyebutkan bahwa 100 unit rumah di sana sebenarnya sudah ada penghuninya.
Hanya saja sekitar 40 KK lainnya tidak tinggal di Alue Demam secara penuh waktu.
Tapi bermukim di Lampohlada dan beberapa gampong lainnya.
”Mereka pergi ke Alue Demam pagi hari dan petangnya kembali," ujarnya.(*)