Kisah Satu Keluarga di Belantara Geumpang, Gajah Liar tak Membuat Martini Gentar
Kisah hidup Martini dan keluarganya ini bagaikan cerita sinetron. Saat puluhan keluarga lainnya hengkang akibat serangan gajah
Dua puluh tahun lalu, para petani di Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie, meninggalkan lahan pertanian karena konflik bersenjata. Kini, konflik dengan gajah lah yang memaksa meninggalkan lahan yang dibuka kembali setelah damai. Hanya keluarga Martini yang mampu bertahan.
Kisah hidup Martini dan keluarganya ini bagaikan cerita sinetron. Saat puluhan keluarga lainnya hengkang akibat serangan gajah, Martini Ayu (32) bersama suaminya Sudari Rehan (43) dan dua buah hati mereka, Bayu Irawan (13) dan M Ridwan (11) memilih tetap bertahan. Bagi mereka, lahan pertanian yang diberikan oleh masyarakat Bangkeh di Blang Sara Sare, Gampong Keune, Kecamatan Geumpang, harus tetap dipertahankan.
Martini dan suaminya talah tinggal di belantara itu sejak tahun 2005 lalu. Kala itu ada puluhan keluarga lain yang tinggal bersama mereka. Namun, karena sering terjadinya serangan gajah liar, satu per satu keluarga itu pindah, hingga hanya tersisa Martini bersama suami dan anak-anaknya.
Tuha Peuet Gampong Bangkeh, Kecamatan Geumpang, Nyak Cut, kepada Serambi Senin (16/9) menjelaskan, tahun 2005 Martini bersama suaminya Sudari Rehan dari Medan (Sumatera Utara) merantau ke Kecamatan Geumpang. Awalnya, Martini tinggal di Gampong Bangkeh.
Karena suami Martini senang bertani, warga Bangkeh mencari lahan untuk mereka bercocok tanam. Kebetulan pada saat yang sama, warga Gampong Keune juga sedang membuka lahan di hutan Blang Sara Sare, sehingga warga Keune memberikan lahan kepada Martini dan keluarganya dengan luas sekitar dua hektare.
Namun, sebut Nyak Cut, serangan gajah silih berganti terjadi, akhirnya banyak warga Gampong Keune tidak tahan dan memilih kembali ke permukiman. Mereka membiarkan rumah dan lahan perkebunan yang sudah dibuka itu kembali menjadi hutan. "Keluarga Martini dengan penuh kesabaran tetap menggarap lahan untuk perkebunan sendirian di kawasan hutan belantara, meski diganggu kawanan gajah liar," ujarnya.
Dikatakan, Martini memelihara 12 anjing untuk mengusir gangguan hewan, termasuk kawanan gajah liar yang mendekati rumah dan lahan mereka. Berkat kegigihannya, kini Martini telah membeli lahan pertanian, dari dua hektare menjadi 15 hektare. Delapan hektare ditanami jernang (saat ini siap panen), karet, alpokat, durian, jengkol, petai, dan tumbuhan berbuah lainnya.
"Tiap dua hari sekali, suami Martini turun ke Geumpang dan Tangse menjual hasil bumi. Sebelum malam Rehan harus tiba di rumah karena isterinya takut tinggal bersama dua anaknya yang masih kecil," jelas Nyak Cut.
Satu masalah yang dihadapi Martini adalah anak-anaknya tak dapat mengecap pendidikan secara normal. Rumah Martini yang berada di belantara, membuat dua putranya kesulitan mengakses pendidikan formal.
Sekolah SD terdekat berada satu kilometer lebih dengan kontur berbukit dan hutan belantara. Rumah Martini berjarak satu kilometer dari ruas jalan nasional Geumpang-Meulaboh (Aceh Barat) dan sekitar 4 kilometer dari ibu kota Kecamatan Geumpang.
Akhirnya Martini yang hanya lulusan SMP harus menjadi guru bagi kedua anaknya tersebut. Ia mengajarkan setiap pelajaran sesuai jenjang kelas SD kepada kedua anaknya. Buku-buku pelajaran itu dibeli oleh suami Martini saat uroe gantoe (hari pekan) di pasar Geumpang.
Pun demikian, Martini meminta kepada Tuha Peut Bangkeh agar anaknya bisa belajar dalam satu minggu dua hari di SDN Bangkeh. "Saya sudah jumpa Kepala SDN Bangkeh, Nurul Husna, supaya anak Martini diberikan kesempatan belajar dua hari dalam satu minggu. Tapi, kepala sekolah minta tiga hari, karena anak Martini banyak pelajaran yang tinggal," jelas Nyak Cut.
Ia menambahkan, pemerintah seharusnya membangun CRU di Geumpang untuk menghalau kawanan gajah liar yang mengganggu petani mencari nafkah. Jika kawanan gajah liar tidak lagi mengganggu, maka kebun yang terbengkalai akan kembali diaktifkan. "Saat ini, banyak kebun yang tidak digarap lagi karena petani takut," pungkasnya.(naz)