‘Saya Ditangkap Saat Tiarap di Jalan’  

M Taufiq Husen (40), warga Desa Ie Rhob Babah Lueng, Kecamatan Simpang Mamplam, Bireuen, adalah satu-satunya anggota kelompok kriminal

Editor: bakri
Serambi
M Taufiq Husen, seorang tersangka diduga Anggota KKB yang kini diamankan di Mapolres Bireuen. SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS 

M Taufiq Husen (40), warga Desa Ie Rhob Babah Lueng, Kecamatan Simpang Mamplam, Bireuen, adalah satu-satunya anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang selamat dari kontak tembak antara mereka dengan polisi di jembatan Keude Trienggadeng, Pidie Jaya. Saat kontak tembak itu, Taufiq berada dalam satu mobil dengan empat anggota kelompok tersebut. M Taufiq selamat, sementara empat orang lainnya yaitu Abu Razak (53), Zulfikar, Hamni, dan Wan Neraka, tewas.

M Taufik bersama sejumlah barang bukti yang disita polisi dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Bireuen, Jumat (20/9/2019). Ditanya Serambi sebelum konferensi pers itu, Taufiq menjelaskan, saat kontak tembak tersebut, ia duduk di bangku belakang. Mendengar suara tembakan, menurut Taufiq, dirinya langsung tiarap. Setelah kontak tembak berhenti, ia kemudian membuka pintu mobil lalu turun sambil merayap ke jalan. “Saat itulah saya ditangkap polisi,” ujar Taufiq seraya menyatakan dirinya bukanlah anggota kelompok tersebut, tapi hanya diajak oleh mereka.

M Taufiq yang beristrikan  Mursyidah (35) dan memiliki dua anak itu mengaku, selama ini ia bekerja sebagai penebang kayu di kawasan hutan Simpang Mamplam dan Batee Iliek, Bireuen. “Saya juga sering menerima order menebang kayu dari kelompok tersebut. Bahkan, sampai sekarang ada ongkos yang belum dibayar oleh Hamni (tewas dalam kontak tembak) sebesar Rp 1 juta,” ujarnya.

Soal keberadaannya dalam mobil kelompok Abu Razak cs kemarin, Taufiq mengatakan,  awalnya ia diajak oleh beberapa orang termasuk Abu Razak untuk pergi ke rumah Hamni di Desa Meurandeh, Lueng Putu, Pidie Jaya. “Karena masih ada ongkos tebang kayu yang belum dibayar oleh Hamni sebesar Rp 1 juta, makanya kemarin (Kamis-red) saya ikut bersama mereka,” jelas Taufiq.

Taufiq menjelaskan, Abu Razak cs memiliki usaha jernang di kawasan hutan. Sementara Hamni, selain menanam jernang juga merupakan tauke kayu. “Kami berangkat dari Buket Cerana singgah sebentar di Batee Iliek dan kemudian berangkat ke rumah Hamni di Lueng Putu. Saat itu, Hamni bertindak sebagai sopir. Sementara tiga orang lainnya duduk di samping Hamni dan kursi tengah. Sedangkan saya duduk di kursi belakang,” cerita Taufiq.

Saat tiba di kawasan Trienggadeng, menurut Taufiq, terjadilah kontak tembak. Namun, ia mengaku tidak ingat pukul berapa insiden itu terjadi. Ditanya mulai kapan ia kenal dengan kelompok tersebut, M Taufiq mengaku kenal dengan Abu Razak cs sekitar sebulan lalu dan ia diajak untuk menebang kayu. “Saya bukan anggota kelompok tersebut, saya hanya diajak oleh mereka,” ulang Taufiq.

Kapolres Bireuen, AKBP Gugun Hardi Gunawan SIK mengatakan, berdasarkan informasi awal yang diterima pihaknya, M Taufiq merupakan salah seorang pengawal KKB bila mereka turun ke kota. Soal sejauh mana keterlibatannya dalam kelompok itu, menurut Kapolres, penyidik akan memeriksa tersangka dan melakukan croscek tentang ada tidaknya ia terlibat dalam kelompok tersebut. 

Pada kesempatan itu, Kapolres juga memperlihatkan sejumlah barang bukti terkait kontak tembak dengan KKB tersebut. Barang bukti adalah satu mobil Toyota Avanza warna hitam sudah berlubang pada beberapa titik terkena peluru, satu pucuk senjata api (senpi) laras panjang jenis AK-56, satu senpi laras pendek jenis AK-56, satu senpi jenis revolver, lima magasin, dan 118 butir amunisi. “Semua barang bukti itu temukan di lokasi kontak tembak setelah mereka berhasil dilumpuhkan. Sedangkan satu pucuk senpi laras panjang lainnya diserahkan oleh salah seorang anggota komplotan itu sebelum kontak tembak di Trienggadeng terjadi,” jelas Kapolres Bireuen.

Barang bukti lain adalah satu peci berumbai warna putih, satu lembar serban warna putih, kain sarung warna putih, kain putih, dan peci warna cokelat. Kecuali itu, juga tongkat dari rotan yang sudah dipoles sedemikian rupa, satu tongkat lurus, dan satu tongkat lainnya yang ujung bengkok, serta satu mesin pemotong kayu (chaisaw). Dua meja sedang yang disediakan pada pertemuan kemarin dipenuhi barang bukti. Bahkan, ada beberapa karung yang diletakkan di bawah meja isinya barang bukti lain seperti baju, celana, mi instan, gembok, stempel dari kuningan, dan sejumlah uang.

Kapolres juga menduga, kain jubah putih, jubah kain putih, bendera dari kain warna hijau merupakan barang bukti yang mereka pakai saat membuat rekaman video yang diposting ke youtube beberapa waktu lalu. “Kami akan terus mencari barang bukti lainnya,” janjinya. Khusus untuk tongkat dari rotan, tambah Kapolres, selama ini berkembang informasi bahwa jika memegang tongkat tersebut, mereka tidak akan terlihat oleh orang lain karena tongkat itu memiliki azimat. “Entah betul entah nggak, kita tidak tahu,” pungkas Kapolres Bireuen, AKBP Gugun Hardi Gunawan SIK. (yus)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved