Kabut Asap
Dampak Kabut Asap, Pasien Ispa dan Batuk di Subulussalam Meningkat, Didominasi Anak-anak
Kabut asap pekat yang masih menyelimuti Kota Subulussalam dan sekitarnya mulai berdampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat terutama anak-anak usia
Penulis: Khalidin | Editor: Yusmadi
Laporan Khalidin | Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Kabut asap pekat yang masih menyelimuti Kota Subulussalam dan sekitarnya mulai berdampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat terutama anak-anak usia sekolah.
Data sementara yang dihimpun Serambinews.com dari Puskesmas Penanggalan menunjukan ada kenaikan jumlah pasien meski belum signifikan.
”Ada kenaikan tapi belum signifikan,” kata dr Sarifin Usman Kombih, Kepala Puskesmas Penanggalan, Kota Subulussalam kepada Serambinews.com, Selasa (24/9/2019).
Menurut Sarifin, kabut asap yang terparah baru dua hari melanda Kota Subulussalam sehingga dampaknya belum terlalu dirasakan untuk masyarakat dewasa.
Namun bagi beberapa anak-anak kabut asap ini sudah mulai berdampak termasuk orang tua dan yang ada riwayat sakit sesak nafas.
Nah, di Puskesmas Penanggalan sebagai fasilitas kesehatan dasar tingkat penderita ISPA yang berobat memang belum signifikan.
”Karena yang terdampak sekarang umumnya anak-anak, dan anak-anak itu biasa dibawa ke klinik atau praktek umum,” ujar Sarifin
Dikatakan, untuk tempat prakteknya memang terjadi peningkatan yang signifikan di mana pasien ISPA dan batuk naik hingga 100 persen.
Biasanya, kata Sarifin, di prakteknya pasien gangguan saluran pernapasan berkisar 7-10 orang kini naik 100 persen menjadi 15 hingga 20-an orang.
Dari jumlah tersebut didominasi anak-anak usia sekolah. Ini karena memang anak-anak lebih cepat terdampak lantaran bermain atau berada di luar tanpa masker.
Kondisi ini juga karena kabut asap terparah baru dua hari, bisa jadi kata Sarifin ini akan terus bertambah.
Sarifin juga menambahkan, memang efek asap terhadap kesehatan tidak spontan. Ada yang kadang baru terasa setelah beberapa hari terdampak asap.
Nah, karena anak-anak masih lemah sehingga lebih rentan.
”Jadi yang dominan sekarang anak-anak walau orang dewasa juga sudah ada,” ujar Sarifin