Nelayan Andalkan ‘Alun Tuwoe’, Sebagai Pedoman Kembali ke Dataran
Kabut asap yang menyelimuti langit kawasan Aceh Barat Daya (Abdya) sejak Minggu (22/9) pagi, tampak semakin pekat
BLANGPIDIE - Kabut asap yang menyelimuti langit kawasan Aceh Barat Daya (Abdya) sejak Minggu (22/9) pagi, tampak semakin pekat pada Senin (23/9). Kabut asap yang diduga ekses dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau ini mulai mengganggu aktivitas para nelayan.
Panglima Laot Abdya, Hasanuddin kepada Serambi, Senin (23/9), mengatakan, meskipun para nelayan Susoh, Setia, Tangan-tangan, Manggeng, dan Lembah Sabil, masih tetap melaut dalam kabut asap, namun mereka kesulitan saat pulang. Pasalnya, jelas Hasanuddin, tebalnya kabut asap membuat jarak pandang sangat terbatas. “Bahkan, daratan tak terlihat lagi dalam jarak 2,5 atau 3 mil,” katanya.
Eksesnya, ucap Hasanuddin, nelayan yang melakukan aktivitas menangkap ikan dengan menggunakan perahu robin (perahu mesin kecil) ketika kembali darat terpaksa berpedoman kepada ‘alun tuwoe’ atau gelombang tua lantaran daratan tak kelihatan. Teknik itu, ulasnya, memang dilakukan para nelayan masa lalu, ketika daratan tidak terlihat ketika terjadi mendung pekat disertai hujan dan badai. “Alun tuwoe menjadi pedoman nelayan untuk kembali ke darat jika daratan tak kelihatan lagi. Alun tuwoe atau gelombang tua ini datang dari arah barat,” terangnya.
Meskipun kabut asap cenderung semakin pekat di lautan Samudera Hindia, Hasanuddin mengaku, pihaknya belum mendapat laporan kalau ada nelayan yang tidak bisa melakukan aktivitas penangkapan ikan. “Nelayan yang memakai perahu robin masih turun ke laut, namun jangkauannya terbatas hanya sampai maksimal 2 mil dari garis pantai,” tutur dia.
Sedangkan nelayan yang mengunakan boat katrol dan boat TS, sebutnya, tidak mengalami kendala saat beroperasi dalam kabut asap. Sebab, boat ini sudah dilengkapi peralatan satelit sehingga untuk kembali ke daratan yang dituju mengikuti petunjuk satelit atau GPS.
Kabut asap yang diduga kiriman dari Riau yang menyelimuti Abdya membuat keindahan bentangan Bukit Barisan tidak bisa dinikmati lagi karena sudah tertutup pekatnya asap. Bahkan, Kompleks Perkantoran Pemkab Abdya yang berlokasi di Bukit Hijau, kawasan Desa Keude Paya, Blangpidie juga terlihat diselubungi kabut asap putih.
Meski begitu, ‘serbuan’ kabut asap tersebut belum sampai menghentikan aktivitas warga. Indikatornya, para PNS tetap masuk kerja seperti biasa. Demikian juga dengan warga lainnya yang tetap beraktivitas di tempat terbuka. Namun begitu, sebagian pengendara sepeda motor (sepmor) mulai memakai masker.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Barat Daya (Abdya) membagikan 4.000 masker kepada para pengendara jalan, Senin (23/9) pagi. Pembagian ribuan masker yang dipusatkan di depan Puskesmas Blangpidie itu dipimpin langsung Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Abdya, Safliati SST MKes, didampingi Kepala Puskesmas Blangpidie, Wildan, dan Tenaga Ahli, Kamaruzzaman SPdI.
"Iya, aksi bagi masker ini karena asap sudah banyak dan mulai sampai Abdya," ujar Safliati kepada Serambi di sela-sela pembagian masker, kemarin. Kadinkes menjelaskan, pembagian masker itu untuk mengatasi terjadinya infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA dampak dari terhirup kabut asap. "Ini sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan ISPA, khususnya para penderita asma yang sangat mudah terserang," terangnya.
Menurut Safliati, asap mulai menyerang Abdya sejak Minggu kemarin, dan semakin tebal pada Senin, sehingga pihaknya pun harus membagikan masker. "Selain di sini, kami sudah mengimbau kepada para kepala puskesmas untuk membagikan masker di wilayah kerja masing-masing, sehingga masyarakat kita tidak sesak nafas terkena ISPA," pungkasnya.(nun/c50)