Aceh Hebat
Dari Rumah Singgah Hingga Pengembangan RSUDZA
kehadiran rumah singgah untuk keluarga pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit itu sudah dinantikan sejak dulu
Laporan Muhammad Hadi | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sebuah gedung megah berlantai dua berdiri tegak di belakang Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA). Beberapa orang dan petugas RSUDZA terlihat sedang berbicara di teras pada Kamis (27/9/2019) sore. Ada juga yang lalu lalang keluar masuk gedung tersebut.
Serambinews.com yang datang menyapa pria dan wanita yang duduk santai di teras gedung tersebut. Ternyata mereka penghuni sementara gedung yang bernama Rumah Singgah RSUDZA. Langsung terlibat dalam pembicaraan dengan orang-orang yang ternyata dari berbagai daerah di Aceh.
Mereka orang-orang daerah yang mendampingi pasien atau pasien yang menunggu jadwal operasi dan berbagai keperluan medis lainnya, termasuk rawat jalan. Meski sedang sakit atau mendampingi keluarganya, terpancar wajah-wajah penuh bahagia dari orang-orang berbagai dari berbagai kabupaten/kota. Ternyata keberadaan rumah singgah ini yang membuat mereka tenang dan tak perlu bolak-balik ke daerahnya lagi. Apalagi mereka tidak ada keluarga atau saudara di Banda Aceh untuk menginap.
Misalnya Ilyas (70) dari Desa Cot Bada, Blang Blahdeh, Bireuen. Sang kakek mengaku sudah 16 hari mendampingi istrinya yang sakit kanker payudara. Sebelumnya sang istri didampingi oleh anak pertama yang tinggal di Sumatera Utara. Tapi saat berobat kali ini, anak perempuannya itu tak bisa mendampingi lagi karena ada urusan keluarga di provinsi tetangga.
Sedangkan dua anaknya lagi sudah meninggal dua. Ilyas mengisahkan bila anak keduanya yang wanita meninggal dunia karena musibah tsunami tahun 2004 lalu. Kemudian anak ketiganya yang laki-laki hilang semasa konflik Aceh berkecamuk. Ilyas pun harus mendampingi istri tercintanya.
"Rencananya satu minggu di sini, tapi setelah diperiksa, ternyata tidak bisa pulang dulu. Kalaupun boleh pulang tiga hari, lalu balik ke sini lagi tidak mungkin juga. Berapa biaya bolak-balik ke kampung. Untung ada rumah singgah sehingga sangat membantu sekali. Jadi tak perlu pulang ke kampung," ujar Ilyas saat menceritakan kondisinya memakai Bahasa Aceh.
Baca: Aceh Raih Juara Harapan I Inovasi TTG Nasional di Bengkulu

Sedangkan Fauziah dari Luengputu, Pidie Jaya mendampingi suaminya, Sofyan. Sang suami sudah diamputasi kakinya akibat menjadi korban tsunami tahun 2004 lalu. Awalnya kedatangan mereka ke RSUDZA untuk kontrol saja. Tapi oleh dokter tak diizinkan pulang dulu karena butuh perawatan lanjutan. "Alhamdulillah kami bisa menginap di rumah singgah ini," kata Fauziah.
Keberadaan Rumah Singgah RSUDZA juga sangat membantu keluarga Nur Athiah dari Nisam, Aceh Utara. Ibu dari empat anak ini mendampingi suaminya karena menderita saluran kencing. Suaminya Marzuki harus mendapatkan perawatan lebih lanjut. Nur pun harus mencurahkan perhatian untuk suaminya dan empat anaknya yang masih usia sekolah.
"Kalau kami pulang ke Nisam, jauh lagi masuk ke pedalaman. Kami sangat terbantu dengan adanya rumah singgah ini. Tempatnya bagus, nyaman, bersih dan sangat tenang tinggal di sini. Kami bahagia sekali tinggal di sini untuk sementara dan dekat lagi dengan rumah sakit. Dokter dan adek-adek perawat ini juga ramah-ramah dan baik-baik sekali," ujar Nur sambil memegang bahu wanita disampingnya yang berpakaian dinas RSUDZA.
Para wanita dan pria yang menjadi penghuni sementara Rumah Singgah RSUDZA juga membenarkan pendapat Nur. Beberapa orang yang lalu lalang saat ditanyakan asal dan siapa yang sakit juga menjelaskan secara detil. Misalnya Yusmanizar dari Sabang yang mendampingi adiknya untuk operasi batu karang. Kemudian Nur Habibah dari Aceh Barat mendampingi anaknya yang sakit jantung.
Kabar bahagia lainnya yang disampaikan para wanita dan pria dari berbagai daerah, yaitu mennginap di Rumah Singgah RSUDZA gratis atau tidak dipunggut biaya apapun. Bahkan para pasien atau keluarga pasien yang mendampingi selama menginap di Rumah Singgah RSUDZA juga mengaku diberi makan nasi siang gratis. "Walau satu waktu di kasih nasi sangat membantu sekali. Kalau kita beli di luar Rp 15 ribu juga satu bungkus nasi. Untuk berobat pun di sini gratis," ujar Fauziah.
Kepada Serambinews.com, petugas dari RSUDZA membenarkan gratis menginap di RSUDZA. Bahkan memberi makan nasi siang untuk pasien dan pendampingnya. Sebenarnya ini bukan kewajiban dari RSUDZA, tapi dilakukan semata-mata untuk membantu pasien dan pendampingi dari berbagai daerah di Aceh.
"Kebanyakan yang menginap di Rumah Singgah RSUDZA dari berbagai daerah di Aceh. Ada dari Aceh Tamiang, Aceh Singkil, Aceh Barat, Langsa, Aceh Tenggara, Pulo Aceh dan berbagai kabupaten/kota lainnya. Memang kita kasih bantuan nasi, walaupun satu waktu, tapi sangat terbantu. Kita doakan semoga diberi kemudahan nasi sampai 3 waktu. Kalau ada yang ingin menyumbang nasi untuk orang-orang ini boleh juga. Karena selama ini ada juga yang membantu nasi siang," jelas seorang petugas RSUDZA.
Baca: Pemerintah Aceh dan Kemenko Perekonomian Bersinergi Tingkatkan Produksi Kopi dan Kakao
Petugas RSUDZA juga menjelaskan tentang interaksi mereka dengan pasien dan keluarga pasien, termasuk kondisi di Rumah Singgah RSUDZA dengan berbagai fasilitas yang sangat membantu bagi pasien yang berasal dari daerah. Lantai satu untuk wanita dan lantai dua ditempati pria. Untuk tempat tidur dibuat dua ranjang, atas dan bawah. Untuk bawah diperuntukkan kepada pasien, dan atas kepada pendamping. Kadang hanya keluarga pasien saja yang meninap di sini, karena pasiennya sedang dirawat di rumah sakit.