Mahasiswa Meninggal Akibat Demo di Kendari, Orang Tua Tuntut Keadilan 

Yusuf yang merupakan anak pertama selalu bersikap baik sehingga selalu menjadi contoh bagi ketiga adiknya

Editor: Muhammad Hadi
(Istimewa/kompas.com)
Warga Desa Laimpi, Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, datang melayat ke rumah orangtua Muhamad Yusuf Kardawi, mahasiswa UHO Kendari yang tewas usai unjuk rasa di depan kantor DPRD Propinsi Sulawesi Tenggara. 

“Secara pribadi menghadapi kenyataan ini, tentu bersabar dan ikhlas karena semuanya takdir yang Maha Kuasa. Tetapi kepentingan banyak orang, tentu kejadian seperti ini membutuhkan namanya keadilan hukum, karena ini adalah korban tentu ada pelakunya,” kata Ramli

SERAMBINEWS.COM - Ramli, orangtua dari Muhammad Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas  Halu Oleo menuntut keadilan bagi anaknya.

Diketahui, Muhammad Yusuf Kardawi tewas usai menggelar aksi unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Ramli minta agar polisi menangkap pelaku pemukulan yang menewaskan anaknya.    

“Kami akan mengikhlaskan kepergian anak kami, tapi kami berharap di luar sana masih banyak pihak-pihak yang mencari keadilan ini sehingga harapan kami, kasus ini diusut tuntas sampai pelaku ditemukan dan diberi ganjaran yang setimpal,” ujar Ramli, Senin (30/9/2019). 

Baca: Ratmiati Dihantam Dengan Batu oleh Selingkuhannya, Gara-gara Ngomel Tak Puas Setelah Bercinta

Di mata keluarga, Yusuf yang merupakan anak pertama selalu bersikap baik sehingga selalu menjadi contoh bagi ketiga adiknya.

“Kami sangat menaruh harapan kepadanya, tapi Tuhan sudah berkehendak lain. Dia (Yusuf) memang baik, makanya ibunya sampai saat ini, tadi dia pingsan, karena banyak cerita  dan kesan yang baik ditinggalkan anak kami,” ucap Ramli.

“Secara pribadi menghadapi kenyataan ini, tentu bersabar dan ikhlas karena semuanya takdir yang Maha Kuasa. Tetapi kepentingan banyak orang, tentu kejadian seperti ini membutuhkan namanya keadilan hukum, karena ini adalah korban tentu ada pelakunya,” kata Ramli melanjutkan.

Yusuf, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, mengalami pendarahan di kepala usai mengikuti aksi unjuk rasa di kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca: VIDEO VIRAL - Massa Kocar Kacir Saat Honda Jazz Tabrak Rombongan Marching Band

Meski telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Bahteramas, nyawa Yusuf tidak tertolong.

Jenazah yusuf kemudian dipulangkan ke kampungnya di Kabupaten Muna dan langsung di kuburkan di belakang rumah orangtuanya di Desa Laimpi, Kecamatan Kabawo.

Selain Yusuf, mahasiswa UHO lainnya bernama Randi juga ikut tewas dengan luka tembak di dada.

Polisi janji transparan

Polri berjanji transparansi dalam investigasi kasus tewasnya dua orang mahasiswa peserta unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada Kamis, 26 September lalu.

Baca: Massa Gunakan Batu, Polisi Andalkan Gas Air Mata, Pelajar Masih Bertahan di Jalan Tentara Pelajar

Polri juga berjanji segera mengungkap pelaku jika benar tewasnya korban karena penembakan.

Hal itu disampaikan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Wakapolri) Komjen Ari Dono Sukmanto di Kendari, Sultra, Sabtu (29/9/2019).

Ari mengatakan, saat ini telah dibentuk tim gabungan untuk menginvestigasi insiden kematian dua orang mahasiswa peserta unjuk rasa di Kendari.

Tim tersebut juga melibatkan unsur dari luar kepolisian, dari Ombudsman hingga pihak kampus.

Dia juga memastikan pihaknya membuka diri apabila ada aspirasi yang menghendaki agar pihak lain turut dilibatkan dalam proses investigasi seperti, Ombudsman, Komnas HAM maupun akademisi.

Baca: Kapolres Aceh Selatan akan Tindak Tegas Pengolahan Emas Menggunakan Zat Berbahaya

"Kepolisian komitmen menjalankan tugas dengan profesional. Tim investigasi bekerja secara transparan untuk membuktikan peristiwa yang terjadi saat unjuk rasa yang menelan korban jiwa," kata Ari.

Sejauh ini, kata dia, investigasi yang dilakukan baru melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengumpulkan semua jenis senjata yang digunakan personel kepolisian saat pengamanan unjuk rasa mahasiswa di DPRD Sultra pada 26 September lalu.

Ia menyatakan, petugas kepolisian dilarang menggunakan senjata api dengan peluru tajam saat menangani unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa.

Sementara, dari olah TKP, tim menemukan tiga selongsong peluru di drainase depan Disnakertrans Sultra.

Oleh karena itu, tim investigasi mengumpulkan seluruh senjata api petugas untuk dilakukan pemeriksaan.

Baca: 12 Kilometer Jalan Menuju Perumahan KTM di Seumanah Jaya Rusak Berat, Begini Konisinya

"Karena ada temuan selongsong peluru, maka perlu diperiksa, termasuk polisi yang ditugaskan. Perlu kami data senjata apa saja yang dibagi, amunisinya berapa untuk diteliti," ujarnya.

Tim investigasi juga telah mengantongi data hasil autopsi dan rekam medis dari kedua jenazah untuk dicocokkan dalam rangkaian teknik investigasi.

"Insya Allah secara periodik hasil investigasi akan disampaikan kepada publik. Harapannya lebih cepat lebih baik, sekarang pun tim sudah bekerja," ujarnya.

Unjuk rasa ribuan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi dilakukan di sekitar Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, kota Kendari, pada kamis, 26 September 2019.

Namun, kejadian itu mengakibatkan dua mahasiswa meninggal.

Baca: Kini Lintasan Gunung Singgah Mata Sudah Beraspal dan Bebas dari Lubang

Peserta unjuk rasa Immawan Randi (21), mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo (UHO), tumbang di lokasi, saat kelompok mahasiswa pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan petugas kepolisian.

Dia dinyatakan meninggal dunia akibat luka tembak di dada sebelah kanan pada sore harinya.

Sementara, korban lainnya, Muhammad Yusuf Kardawi (19), mahasiswa jurusan Teknik Sipil UHO, meninggal dunia setelah menjalani operasi akibat luka serius pada bagian kepala, di RSUD Bahteramas, pada esok harinya.

Korban sempat mengalami perdarahan hebat di bagian kepala.

Baca: 29 Desa di Bireuen Raih Penghargaan, Ini Bidang Lomba dan Juaranya

Selain itu, seorang ibu hamil enam bulan yang sedang tertidur lelap di rumahnya di Jalan Syeh Yusuf, Kota Kendari, juga meninggal setelah terkena tembakan.

Hasil identifikasi sementara disebutkan bahwa peluru yang diangkat dari betis ibu hamil berkaliber 9 milimeter.

Peluru tersebut tengah dilakukan uji balistik oleh kepolisian.

Rumah korban yang berkonstruksi permanen berjarak sekitar 2 kilometer dari Gedung DPRD Sultra, tempat konsentrasi pengamanan aksi unjuk rasa oleh aparat kepolisian.(Kontributor Baubau, Defriatno Neke)

Baca: Istri Sedang Menidurkan Anak Saat Suami Ditembak KKB di Papua, Ini Pesan Pelaku Sebelum Pergi

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Orangtua Mahasiswa yang Meninggal Usai Demo di Kendari Tuntut Keadilan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved