Sosok
Sarjana Hukum yang Sukses Jadi Pemasok Tunggal Jamur Tiram di Aceh Singkil
Kaula muda memilih jamur tiram krispi sebagai cemilan sambil nongkrong menyaksikan live musik pada akhir.
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nur Nihayati
Kaula muda memilih jamur tiram krispi sebagai cemilan sambil nongkrong menyaksikan live musik pada akhir.
Laporan: Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Zulfirman semula hanya iseng membudidayakan jamur tiram dengan memanfaatkan bagian samping rumah orang tuannya, di Dusun Pendidikan, Desa Pulo Sarok, Singkil, Aceh Singkil.
Namun tak disangka usaha yang ditekuni sekitar setahun setengah itu, membuahkan hasil. Setiap hari sarjana hukum tersebut menjadi pemasok tunggal kebutuhan bahan baku jamur bagi rumah makan di Aceh Singkil.
Baca: Polisi Tangkap Tiga Bajak Laut, Sita 1 Buah Granat Nanas, Begini Kronologisnya
Pemuda yang memiliki paras rupawan ini, semula hanya iseng budidaya jamur. Lantaran sebagai sarjana hukum tentu disiplin ilmunya bukan mengurus jamur.
Kemudian ia menyadari iklim Aceh Singkil, cukup panas karena berada di daerah pesisir. Rasa-rasanya tidak cocok membudidayakan jamur yang butuh suhu udara lebih dingin.
Baca: HMI Bersama Seratusan Siswa Demo DPRK Lhokseumawe, Ini Tuntutan Mereka
Akan tetapi itu semua dapat dipatahkan, berkat keuletan serta kegigihannya. Ia bisa menjual tiga sampai lima kilo jamur per hari. "Pasarnya masih lokal, itu pun tidak terpenuhi semua," ujar anak ketiga dari empat bersaudara itu.
Pembeli jamur hasil budidaya Zulfirman ibu rumah tangga serta pedagang yang menyediakan kuliner khusus jamur. "Tiap kilo dijual Rp 30 ribu," ujar Zulfirman.
Baca: 6 Fakta Penangkapan Putri Sri Bintang Pamungkas Terkait Kasus Sabu, Dua Tahun Pakai Narkoba
Budidaya jamur tidak menggangu aktivitas lain lajang 26 tahun tersebut. Dia masih bisa nongkrong bersama kawan-kawannya serta bekerja freelance di perusahaan konsultan dan aktivitas khas anak muda lainnya.
Baglog sebagai media tanam jamur tiram yang dibudidayakan Zulfirman masih di datangkan dari Medan, Sumatera Utara. Ia hanya menyiapkan rak dari papan sebagai tempat penyimpanan.
Hanya butuh waktu 40 hari jamur tiram sudah bisa dipanen. Setiap baglog bisa dipanen empat sampai lima kali.
"Saya budidayakan sekitar 1.400 baglog jamur tiram," ujar Zulfirman.
Jamur tiram yang dibudidayakan Zulfirman, ternyata menjadi menu favorit di Cefe Mesenina di pusat kuliner Puja Sera, Singkil. Jamur itu diolah menjadi jamur tiram krispi.
Caranya jamur dimasukan kedalam adonan tepung, lalu digereng hingga kering.
Kaula muda memilih jamur tiram krispi sebagai cemilan sambil nongkrong menyaksikan live musik pada akhir.
Cafe itu dikelola para sarjana yang menyajikan kuliner dengan bahan baku hasil budidaya warga lokal, seperti jamur tiram.(*)