Fadhil Rahmi, Pernah Jenuh Jadi PNS
BANYAK yang mengira bahwa HM Fadhil Rahmi Lc hanya seorang alumnus Al-Azhar University, Mesir, yang selama ini sibuk
BANYAK yang mengira bahwa HM Fadhil Rahmi Lc hanya seorang alumnus Al-Azhar University, Mesir, yang selama ini sibuk berdakwah bersama dai kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) di Aceh. Siapa sangka, pria kelahiran Langsa, 6 September 1978, ini ternyata figur yang memiliki segudang prestasi sejak dari mahasiswa hingga ke dunia kerja.
Perjalanan panjang sudah ditempuh oleh suami Dr Sarina Aini Lc MA, hingga mengantarnya sebagai salah seorang senator dari Aceh yang dipilih oleh 227.624 konstituen pada Pemilu 17 April 2019. Dengan raihan suara itu, Fadhil resmi dilantik menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI bersama Sudirman (Haji Uma), Fachrul Razi MIP, dan Abdullah Puteh di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan Abdul Gani (alm) dan Khadijah (almh) ini lahir dalam keluarga sederhana. Semasa hidup, ayahnya bekerja sebagai penjual ikan dan ibunya berprofesi sebagai guru MIN. Berkat perjuangan keras kedua orang tuanya, Fadhil berhasil menempuh pendidikan ke Negeri Piramida.
Fadhil kecil hidup dalam dunia pendidikan umum dan agama. Bakat pendidikannya sudah terpancar sejak kecil, terlebih ilmu agama. Karenanya, Fadhil disekolahkan oleh orang tuanya di MIN Bireuen (1990), MTs Darul Arafah (1993), dan MAS Darul Arafah (1996). “Di MAS Darul Arafah lah saya kenal dengan UAS. Dan S1 saya di Mesir, lumayan lama saya selesai S1,” kata Fadhil kepada Serambi, kemarin.
Pulang ke Aceh pada tahun 2008, Fadhil langsung melakukan berbagai kegiatan. Pria yang fasih berbicara dalam bahasa Arab ini sempat menjadi dosen di STAIN Zawiyah Cot Kala pada tahun 2009 hingga 2010. Fadhil juga pernah melakukan berbagai kegiatan, termasuk lihai mengocek si kulit bundar hingga ia pernah menjadi kapten PSSB Bireuen.
Tahun 2011, mantan Pemred Buletin Terobosan, Mesir, ini diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Bireuen. Fadhil bertugas hingga tahun 2013. Fadhil yang sudah menggeluti berbagai aktivitas dan bisa disebut sebagai pria multi talent, ternyata merasa tidak nyaman bekerja sebagai abdi negara, meski di saat yang lain ia memburu profesi tersebut.
Dia merasa bosan dengan aktivitas kantoran, pergi pagi pulang sore. Rutinitas sebagai PNS membuat ayah empat anak ini menjadi kaku. Fadhil tak lagi spartan dan enerjik seperti sebelumnya. “Enerjik muda saya hilang. Akhirnya saya keluar dan masuk menjadi asisten Ombudsman. Saya jenuh dan tidak cas kepala saat jadi PNS, aktivitas saya begitu-begitu saja, cenderung menoton,” katanya.
Tak lama bekerja sebagai anggota Ombudsman, Fadhil kembali bermanuver. Tiba-tiba dia keluar dari sana dan memilih untuk beraktivitas secara mandiri. “Saya ingin tantangan yang lebih besar saja,” ujarnya. Dia kemudian menggerakkan organisasi. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi pemuda juga tak diragukan. Salah satu organisasi yang dinakhodainya adalah Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh pada 2012-2018. Bersama IKAT, Fadhil menjadi lentera pendidikan agama bagi masyarakat Aceh.
Fadhil menggelar kegiatan daurah tahsin dan mengajarkan Alquran dari kabupaten ke kabupaten. “Saya juga Wakil Ketua Badan Koordinasi Mubalighin Indonesia (Bakomubin) 2015-2020, dan Alhamdulillah juga sering berdakwah dari mimbar ke mimbar,” ujarnya.
Berbekal ilmu agama yang dimiliki, Fadhil tak pernah bosan menebarkan dakwahnya kepada masyarakat Aceh. Pada tahun 2016 dan 2017, Fadhil membawa dai kondang, UAS ke Aceh. Dari situlah, nama Fadhil terus dikenal dan tersohor sebagai orang paling berjasa membawa UAS ceramah ke 23 kabupaten/kota di Aceh. “Kebetulan saya kenal UAS saat belajar pada pesantren di Medan, jadi saya ajak beliau ke Aceh. Alhamdulillah repsons masyarakat Aceh baik dan UAS pun bisa keliling Aceh,” ujarnya.
Lalu, bagaimana bisa terlibat politik? Menurut Fadhil, keinginan terjun ke politik sebenarnya sudah terbesit saat dia keluar dari PNS. Namun, saat itu ia melihat momennya belum tepat. Dia ditakdirkan terlebih dulu melewati berbagai tantangan lain. “10 tahun terakhir ini memang perjalanan panjang hidup saya, banyak hal yang saya lewati hingga menjadi senator Aceh,” ujarnya.
Perjalanan panjang Fadhil pantas menjadi inspirasi kaum muda. Dia berani keluar dari zona nyaman dan mencari hal baru yang penuh tantangan. Karena usaha dan kerja kerasnya, wajar saja Fadhil menjadi salah seorang senator Aceh di Jakarta. “Ini rencana Allah yang tak bisa kita jangkau,” katanya.
Soal programnya di DPD RI untuk lima tahun ke depan, Fadhil mengatakan dirinya akan fokus pada peningkatan pendidikan di Aceh, terutama pendidikan agama. “Saya ingin meningkatkan pendidikan di pedalaman Aceh. Selama ini saya sudah lakukan itu. Jadi, di DPD RI ini saya bukan cari pekerjaan baru, tapi melanjutkan yang sudah ada, dengan wewenang yang saya miliki,” demikian Fadhil Rahmi. (dan)