HUT TNI

Sosok John Lie Perwira TNI Keturunan Tionghoa, Pahlawan Nasional yang Dijuluki Hantu Selat Malaka

Indonesia pernah punya prajurit keturunan Tionghoa yang ulung sebagai penyelundup di laut. Namanya Jahja Daniel Dharma alias John Lie.

Editor: Faisal Zamzami
Dispenal TNI AL/istimewa
Laksamana Muda TNI Jahja Daniel Dharma atau yang dikenal John Lie. Ia adalah pejuang keturunan Tionghoa yang dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputera Adipradana oleh pemerintah Indonesia.(Dispenal TNI AL/istimewa) 

Padahal apa yang John Lie lakukan adalah membantu Indonesia merdeka," ujar Syarif saat berbincang dengan Kompas.com, pertengahan Januari 2017.

Dibantu "keajaiban"

Awal Agustus 1949, "The Outlaw" harus menjalani perbaikan total dengan naik galangan atau docking di Penang.

Selesai perbaikan, "The Outlaw" kembali ke Phuket menjemput awak kapal.

Mereka berlayar kembali ke Aceh.

Namun, tak diduga, pagi-pagi buta kapal Belanda menghadang saat "The Outlaw" memasuki Delta Tamiang.

"The Outlaw" pun ditembaki meriam secara membabi buta.

Suasana begitu mencekam.

Peluru mendesing-desing.

Ledakan terjadi di jarak 3 meter tempat John Lie berlindung.

"The Outlaw" kritis dan tak bisa berbuat apa-apa. 

 Saat itulah keajaiban datang.

Kapal Belanda tiba-tiba saja kandas dan tak bisa lagi bergerak.

"The Outlaw" pun melarikan diri bersembunyi di Delta Tamiang.

Lolos dari armada laut Belanda, armada udara menyergap.

Namun, lagi-lagi keajaiban terjadi.

Juru tembak Pesawat Belanda hanya berputar-putar di atas Delta Tamiang.

Mereka seakan tidak melihat "The Outlaw" yang porak poranda di bawahnya.

"Roh Kudus membungkus kami," ujar John Lie dalam memoarnya.

Dipimpin John Lie, "The Outlaw" kemudian memutuskan memutuskan kembali ke Penang.

Saat itu, satu baling-baling mesinn kapalnya copot. Dipastikan sulit untuk melarikan diri jika dikejar Belanda.

S
Laksamana Muda TNI-AL (purn.) Jahja Daniel Dharma (John Lie) dan Mohammad Saad Sabtu malam yang lalu menerima piagam penghargaan dari Akademi Maritim Indonesia. Upacara berlangsung di auditorium KONI Pusat, Senayan, sekaligus dengan upacara Dies Natalies ke XVIII AMI, pelantikan mahasiswa baru dan wisuda sarjana muda AMI angkatan XIV (1976/1977) sebanyak 34 orang. Didirikan 1960, AMI kini sudah menghasilkan 639 sarjana muda. Pemberian piagam kepada Jahja D Dharma (67 tahun) dan M Saad (66 tahun) ini didasarkan atas karya dan amal mereka, khususnya dalam pengembangan potensi maritim Indonesia. Dari kiri JD Dharma dan Saad menerima piagam dari CD Ponto, Direktur AMI.(KOMPAS/KARTONO RYADI)

Pagi-pagi buta keesokan harinya, "The Outlaw" sudah sedikit lagi memasuki Selat Malaka.

Namun, di tengah kegelapan, sebuah kapal tanker milik Belanda melintas.

Nakhoda kapal tangker itu kemudian menghubungi patroli militer Belanda.

Benar saja. Tidak lama kemudian, kapal patroli Belanda kembali menghadang "The Outlaw".

Tembakan meriam Bofors dan senapan mesin 12,7 milimeter memecah kesunyian laut. Sadar jarak ke Penang masih jauh, John Lie dan awak pasrah.

Seisi kapal berserah pada Tuhan. Bahkan, John Lie tidak menyadari kapal Belanda mengirimkan sandi morse agar "The Outlaw" menyerah.

Akan tetapi keajaiban kembali turun. Cuaca buruk tiba-tiba saja melanda perairan.

Hujan turun dengan sangat deras disertai kabut yang menyelimuti permukaan laut.

Gelombang laut tiba-tiba berkecamuk. Kapal Belanda pun tidak lagi bisa mengejar "The Outlaw" dengan cuaca yang demikian.

Perjalanan menyeramkan Phuket-Aceh itu juga terus dipantau radio BBC di London.

Penyiar menyebut, "The Outlaw" dengan segala pengalamannya lolos dari sergapan itu di luar nalar.

Satu bulan setelahnya, tepatnya 30 September 1949, John Lie dipindahkan ke Bangkok.

Ia ditugaskan di Pos Hubungan Luar Negeri.

Tugasnya di darat sama saja, mendapatkan pasokan senjata yang lebih banyak untuk para pejuang di tanah air. "The Outlaw" lantas dipimpin Kapten Laut Kusno.

Namun dalam pelayaran pertama, seisi kapal tertangkap oleh Belanda.

S
Pengukuhan KRI John Lie oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI DR Marsetio MM, Sabtu (13/12/2014).(TRIBUNMANADO/CHRISTIAN WAYONGKERE)

John Lie pun melanjutkan tugasnya di TNI AL dalam sejumlah misi penting.

Mulai dari penumpasan DI/TII Kartosuwiryo, penumpasan RMS hingga PRRI-Permesta.

Pangkat tertinggi John Lie adalah Laksamana Muda, pangkat tertinggi bagi pejuang keturunan Tionghoa di Indonesia.

Pada 27 Agustus 1988 John Lie berpulang ke pangkuan Tuhan.

Anak asuh, pengemis, anak jalanan dan gelandangan memenuhi kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat.

Seorang Tionghoa yang selama ini menyantuninya telah pergi untuk selama-lamanya.

Sebelas tahun kemudian, pemerintahan era Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2009 menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputera Adipradana kepada mendiang John Lie.

Nama John Lie, pada awal Januari 2017, diabadikan sebagai nama Kapal Perang Indonesia, KRI John Lie.

 ***

Dalam salah satu wawancara sebelum meninggal, John Lie sempat menggambarkan situasi pada saat itu di mana setiap pejuang harus memiliki inisiatif melakukan apa saja demi menguntungkan negara.

"Tahun 1946-1947 itu kita harus bertindak sendiri. Sebab saya punya semangat untuk bekerja bagi negara, nusa dan bangsa. Apa saja saya hadapi. Membantu Republik pada waktu itu mencari devisa," tutur John Lie.

"Sebab kita banyak orang yang bantu negeri mencari devisa supaya jangan kita dipukul oleh kaum-kaum neokolonialisme. Sebab kita tidak ada dana. Itu tindakan yang baik sekali, dapat dana yang banyak,” ujarnya.

Baca: Petang Ini, Laga PSBL Langsa Vs Peureulak Raya Tutup Kompetisi Liga 3 Regional Aceh 2019

Baca: VIRAL video Seorang Pria Pukuli Dokter Selingkuhan Istrinya, Ketahuan karena Kuitansi Hotel

Baca: Petani Mulai Mengeluhkan Program Replanting, Areal Tanam Kembali Semak

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Perwira TNI Keturunan Tionghoa John Lie, Hantu Selat Malaka.."

Penulis : Fitria Chusna Farisa

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved