Hari Santri

IAIN Langsa Peringati Hari Santri, Semua Peserta Upacara Pakai Kain Sarung dan Peci

Pertama kesadaran harmoni beragama dan berbangsa, kedua metode mengaji dan mengkaji, serta ketiga para santri biasa diajarkan untuk khidmah

Penulis: Zubir | Editor: Nur Nihayati
Dok. Humas IAIN Langsa
Rektor IAIN Langsa, Dr H Basri MA, saat memimpin upacara Hari Santri di halaman Kampus IAIN setempat. 

Pertama kesadaran harmoni beragama dan berbangsa, kedua metode mengaji dan mengkaji, serta ketiga para santri biasa diajarkan untuk khidmah 

Laporan Zubir  | Langsa 

SERAMBINEWS.COM, LANGSA -- Civitas Akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Selasa (22/10/2019) pagi ini peringati Hari Santri Nasional tahun 2019, di halaman gedung Biro Rektorat IAIN setempat.

Pada upacara ini semua peserta upacara khususnya lelaki tak terkecuali Rektor IAIN Langsa, Dr H Basri MA, dan para Wakil Rektor, Dekan, Maha Santri Ma’had Al Jami'ah, serta pejabat kampus lainnya mengenakan kain sarung dan peci.

Rektor IAIN Langsa Dr H Basri MA, saat menjadi pemimpin upacara Hari Santri ini, mengatakan bahwa ada berapa hal mendasar mengapa pesantren disebut sebagai laboratorium perdamaian.

Pertama kesadaran harmoni beragama dan berbangsa, kedua metode mengaji dan mengkaji, serta ketiga para santri biasa diajarkan untuk khidmah (pengabdian).

Begini Kelanjutan Kasus Pria Bunuh Istri dan Dua Anaknya di Ulee Madon, Aceh Utara

Banjir yang Merendam Ratusan Ruma di Simeulue Sudah Surut

Hakim Periksa Empat Saksi, Kasus Anak Bunuh Ayah Kandung

Ketiganya itu merupakan ruh  dan prinsip loyalitas santri yang dibingkai dalam paradigma etika agama dan realitas kebutuhan sosial.

Sedangkan keempat, pendidikan kemandirian, kerja sama dan saling membantu di kalangan santri, kelima gerakan  komunitas  seperti kesenian dan tumbuh subur di pesantren.   

Dan keenam, lahirnya  beragam kelompok diskusi dalam skala kecil maupun besar untuk membahas hal-hal remeh sampai yang serius.   

Dialog kelompok inilah yang membentuk santri berkarakter terbuka terhadap hal-hal berbeda dan  baru.

Lalu ketujuh, merawat khazanah kearifan lokal, kedelapan, prinsip maslahat (kepentingan umum) yang merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh kalangan pesantren.   

Terakhir yaitu penanaman spiritual. Hal ini tidak hanya soal hukum Islam (fikih) yang didalami, banyak pesantren juga melatih para santrinya untuk tazkiyatunnajs yaitu proses pembersihan hati. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved