Demi Lestarikan Budaya, Pasangan Pengantin Ini Menikah dengan Mas Kawin yang Tak Biasa
Dalam akad nikah tersebut, mempelai pria mempersembahkan 99 kampil (kantung) padi untuk mempelai perempuan.
Di beberapa tempat terdapat hiasan berupa puluhan ikat padi yang digantun di atas bambu.
Makanan untuk tamu undangan juga sebagian besar khas Sunda.
Misalnya, untuk makanan penutup disediakan sorabi. Lalu menu utamanya adalah sate Maranggi.
Budaya sunda
Dedi menjelaskan, kentalnya budaya sunda yang tersaji dalam pernikahan keponakannya merupakan sebuah perwujudan budaya asli Indonesia yang terbilang murni, tidak terkena budaya barat ataupun Arab yang saat ini sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.
"Hari ini ada kesadaran untuk kembali ke budaya kita. Makanya saya memberikan sintesa budaya sunda kepada pengantin," kata Dedi.
"Hari ini kita digempur oleh budaya Arab, tapi kita juga mengadaptasi budaya barat. Kalau ada yang bilang dirinya nasionalis, ternyata gayanya kapitalis kebarat-baratan."
"Saat ini yang bertarung sebenarnya adalah budaya barat melawan budaya arab," lanjut dia.
Anak Dedi menambahkan, ketika budaya Arab dan barat berebut tempat dalam sendi kehidupan masyarakat, maka budaya asli Indonesia justru tergerus.
"Problem Indonesia dari dulu, sejak lama kita meninggalkan diri kita sendiri. Padahal kalau dari dulu kita menekuni, melakoni, dan menggunakan nilai peradaban kita, tidak akan ada berbagai problem di masyarakat," tandasnya. (Putra Prima Perdana)
Artikel ini telah tayang di Intisari-online.com dengan judul Demi Lestarikan Budaya Sunda, Pasangan Pengantin Ini Hadirkan Mas Kawin yang Tak Biasa, Maknanya Sungguh Mendalam