Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Mak Iyah Malu Minta-minta untuk Hidup
Mak Iyah tinggal di tengah areal kebun sayur di Kampung Pasir Baing RT 005 RW 003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Kisah Mak Iyah Malu Minta-minta untuk Hidup
SERAMBINEWS.COM - Sudah hampir 30 tahun sejak suaminya meninggal dunia, Rukiyah alias Mak Iyah (100) hidup sebatang kara di gubuk reyot.
Mak Iyah tinggal di tengah areal kebun sayur di Kampung Pasir Baing RT 005 RW 003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Mak Iyah kini sudah tidak bekerja.

Mak Iyah, nenek renta asal Cianjur, Jawa Barat berusia 100 tahun hidup sebatang kara di gubuk reyot di area kebun sayuran di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet. (KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)
Saban hari, ia habiskan dengan berdiam diri di rumah.
Sesekali turun ke perkampungan warga untuk berinteraksi atau sekedar mengobrol dengan tetangga.
Kendati masih sanggup berjalan, namun harus tertatih-tatih karena tubuhnya semakin ringkih.
Penglihatannya sudah mulai kabur dan mengalami gangguan pendengaran.
Untuk menyambung hidup, perempuan berusia seabad itu kini hanya bisa mengharapkan belas kasihan tetangga dan warga sekitar.
• Bayar Rp 10 Ribu Dijamin Masuk Surga, Pemimpin Aliran Sesat ini Mengaku Dirinya Rasul
• Jasad Seorang Pria Ditemukan Dicor di Bawah Musala Rumah, Berikut Fakta-faktanya
Ada yang menyumbang beras, memberi makanan dan ada yang sedekah uang.
Uang pemberian itu lantas dibelikan makanan atau bahan masakan.
"Suka nyangu (menanak nasi) sama goreng (ikan) asin. Kalau lalapan nyari di kebun," kata Mak Iyah, saat ditemui Kompas.com, di gubuk reyotnya, Sabtu (2/11/2019).
Kendati hidup dari kedermawanan orang, namun Mak Iyah mengaku tidak berani meminta-minta.
Bahkan, ketika ada warga yang ingin mengajaknya tinggal, ia lebih memilih tetap di gubuknya.