Berita Banda Aceh
Perajin Giok Produksi Cincin Bermotif Pinto Aceh, Dipamerkan Hingga ke Hong Kong
"Cincin giok ukiran pinto Aceh ini dikerjakan secara hand carving dan dibuat dalam beberapa model," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Nurul Hayati
"Cincin giok ukiran pinto Aceh ini dikerjakan secara hand carving dan dibuat dalam beberapa model," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Ir Mahdinur MM menjawab Serambinews.com di Banda Aceh, Rabu (6/11/2019) siang.
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Perhimpunan Penambang dan Perajin Giok Aceh Indonesia (P3GAI) terus berupaya menghasilkan berbagai bentuk motif perhiasan yang terbuat dari batu giok untuk dijual di dalam dan luar negeri.
Dalam penciptaan terbaru, kru P3GAI sudah berhasil memproduksi perhiasan dari giok dalam bentuk cincin bermotif pinto Aceh.
"Cincin giok ukiran pinto Aceh ini dikerjakan secara hand carving dan dibuat dalam beberapa model," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Ir Mahdinur MM menjawab Serambinews.com di Banda Aceh, Rabu (6/11/2019) siang.

Menurut Mahdinur yang juga Pembina P3GAI, diproduksinya berbagai perhiasan berbahan giok dengan motif atau berciri khas Aceh itu terinspirasi dari pernyataan Dr Dyah Erti Idawati MT, istri Nova Iriansyah, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh.
Dalam pertemuan beberapa waktu lalu, kata Mahdinur, istri Plt Gubernur Aceh meminta agar P3GAI memproduksi batu giok dengan ciri khas aceh.
"Oleh karenanya P3GAI kemudian berupaya mendesain perhiasan dari giok bermotif pinto Aceh," ungkap Mahdinur.
Proses pengerjaan giok yang telah didisain bermotif pinto Aceh itu, katanya, dilakukan di bengkel kerja atau Workshop P3GAI yang berada di Banda Aceh.
Jadi, tidak diproduksi di luar Aceh.
Mahdi menambahkan, sebulan lalu di Surabaya, Jawa Timur, dilaksanakan penandatanganan naskah kerja sama (MoU) antara P3GAI dengan Asosiasi Giok Taiwan.
Sejak saat itu, P3GAI semakin giat mempromosikan giok bermotif pinto Aceh baik ke luar Aceh maupun ke luar negeri.
Menurut Mahdinur, respons pasar terhadap promosi yang dilakukan P3GAI itu cukup positif.
Buktinya, mulai ada pemesanan cincin atau liontin bermotif pinto Aceh dari luar Aceh, bahkan dari Tiongkok dan Hong Kong.
P3GAI, kata Mahdinur, selama hampir tiga tahun belakangan ini terus berusaha untuk meng-upgrade teknik kerja dan kualitas pengerjaan.
Terutama yang berkaitan dengan ukiran batu yang merupakan teknik perpaduan antara mesin dengan hand carving.
"Harapan kita, giok Aceh yang bermotif khas Aceh kita coba pasarkan terus ke luar Aceh. Yang penting, kita tidk menjual barang baku, melainkan kita olah menjadi barang jadi, baru kemudian diekspor. Dengan demikan akan ada nilai tambah bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan di Aceh," kata Mahdinur.
Menurutnya, perhiasan giok berbagai motif sudah bisa dihasilkan oleh P3GAI di Aceh saat ini.
Sebelum dihasilkan cincin dan liontin bermotif pinto Aceh, P3GAI pun sudah menghasilkan gelang giok kualitas ekspor, di samping liontin bermotif daun dan lain-lain, dan sudah pula dipamerkan di Hong Kong bulan lalu.

Mahdinur optimis, giok Aceh semakin dilirik pembeli dari dalam dan luar negeri.
Apalagi akan ada Festival Giok pada 9-12 November 2019 di Gedung Seni dan Budaya Banda Aceh atas inisiatif Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Festival ini mengusung tema "Aceh Kembali Meugiwang".
Acara ini akan menampilkan sekitar 1.500 jenis batu mulia.
"Mari kita dukung promosi batu giok Aceh. Mari kita bangga dengan kekayaan dan komoditas yang merupakan produksi rakyat Aceh," ajak Mahdinur. (*)