Harga Sawit
Harga TBS Sawit di Abdya Terus Melejit, Sebaliknya Ini yang Dialami Petani
Harga TBS sawit di tingkat petani di Kabupaten Abdya bervariasi antara Rp 1.000 sampai Rp 1.100 per kilogram.
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) terus melejit.
Tingkat harga produksi perkebunan unggulan tersebut mulai bersaing sejak September lalu, setelah lebih satu tahun terpuruk, dan sempat membuat petani tidak berdaya.
Peningkatan harga TBS sawit dipicu lonjakan harga CPO di pasaran luar negeri. Selain itu, mulai bersaing pembelian antara pengusaha Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) di Kota Subulussalam dengan pengusaha PMKS di Kabupaten Nagan Raya.
Begitu pun, tingkat harga TBS sawit yang ditampung pengusaha PMKS Subulussalam masih lebih tinggi. PMKS menampung TBS TBS sawit dari suplier atau pemasok pemegang SP (surat pengantar).
Pantauan Serambinews.com, Kamis (7/11/2019), harga TBS sawit di tingkat petani di Kabupaten Abdya bervariasi antara Rp 1.000 sampai Rp 1.100 per kilogram.
“Harga tampung TBS dari petani hari ini (Kamis) meningkat menjadi Rp 1.100 per kg,” kata Abdul Razak alias Yong Ardat, Agen Pengepul TBS sawit di Kuala Batee kepada Serambinews.com. Dua hari lalu, TBS yang ditampung dari petani seharga Rp 1.000 per kg atau melonjak Rp 100 per kg.
Yong Ardat menampung TBS dengan harga Rp 1.100 per kg, karena TBS dijual kepada pengusaha PMKS di Kota Subulussalam yang menampung dengan harga lebih tinggi dibandingkan PMKS Nagan Raya.
Sedangkan agen pengepul yang memasok sawit ke PMKS Nagan Raya, menampung TBS sawit dari petani berkisar antara Rp 980 sampai Rp 1.000 per kg.
Terjadi perbedaan harga pembelian di kalangan agen pengepul sangat mengecewakan petani. petani mempertanyakan, harga TBS sawit yang bervariasi antara agen yang memasok ke Subulussalam dengan Nagan Raya.
Sebagai cacatan, harga TBS sawit ditingkat petani Abdya pada pertengahan September lalu berkisar antara Rp 850 sampai Rp 920 per kg. Sebelumnya, tingkat harga terjun besar sampai Rp 600 per kg di tingkat petani.
Kemudian naik secara perlahan-lahan sampai saat ini berkisar antara Rp 1.000 sampai Rp 1.100 per kg.
Satu sisi, petani menyambut gembira kenaikan harga TBS kelapa sawit, setelah sekian lama anjlok. Lain sisi, petani tidak bisa menikmati pendapatan lebih dari hasil kebun sendiri.
Sebab, ketika harga mulai meningkat, tingkat produksi menurun. “Produksi menurun sekitar 30 persen,” kata M Salim, agen pengepul di Kecamatan Babahrot. Bila satu hektare areal kebun sawit berproduksi normal antara Rp 1 sampai 1,5 ton, turun antara 600 sampai 900 kg.
Penurunan produksi ini mengakibatkan sejumlah PMKS di Nagan Raya mengalami kekurangan bahan baku (TBS).