Korban Banjir Angkut Barang ke Balai, Di Langsa Air Mulai Surut
Warga sejumlah desa di Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, yang rumahnya terendam banjir, mulai memindahkan barang-barang
LHOKSUKON - Warga sejumlah desa di Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, yang rumahnya terendam banjir, mulai memindahkan barang-barang dari dalam rumahnya, Selasa (12/11/2019) sore. Sebagian dari mereka hanya memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi di dalam rumahnya, sementara sebagian lagi mengangkut dan menyimpan barang-barangnya ke tempat lain seperti balai yang berada di halaman masjid setempat.
Hal itu dilakukan warga karena banjir yang terjadi akibat meluapnya air dari Krueng Pirak dan Krueng Keureutoe tersebut pada sore menjelang Magrib kemarin, ketinggiannya sudah mencapai lutut orang dewasa. Sementara di Langsa, sejak Selasa (12/11/2019) sore hari hingga malam tadi, ketinggian air di permukiman warga akibat luapan Krueng Langsa mulai berkurang menjadi antara 20-40 centimeter. Sebelumnya, banjir luapan akibat hujan lebat mengguyur Kota Langsa dan kawasan pegunungan Aceh Timur antara 1-1,5 meter.
Warga Desa Rayeuk Pange, Irfan, kepada Serambi, kemarin, menyebutkan, sejumlah warga desanya sudah mengangkut barang dari rumahnya ke balai di halaman masjid desa setempat. Hal itu dilakukan karena mereka khawatir bila air terus naik, barang dalam rumah akan ikut terendam banjir. “Tadi sore warga mengangkut barang seperti perabotan rumah,” ujar Irfan.
Hingga kini, sudah sembilan desa di Kecamatan Pirak Timu yang terendam. Kesembilan desa itu masing-masing Rayeuk Pange, Krueng Pirak, Meunye Tujoh, Alue Bungkoh, Matang Keh, Ceumeucet, Desa Bungong, Asan Krueng Kreh, dan Desa Meunasah Asan. “Kondisi terparah saat ini di Desa Rayeuk Pange,” ujar Irfan. Sedangkan desa lain ketinggian air juga terus bertambah karena posisinya lebih rendah dibanding Rayeuk Pange. Sementara Desa Rayeuk cepat terendam karena letaknya dekat sungai.
Disebutkan, jembatan gantung penghubung Kecamatan Matangkuli dengan Rayeuk Pange juga tak bisa dilintasi lagi karena jalan menuju jembatan tersebut sudah sudah direndam banjir. Ia menambahkan, banjir luapan itu terjadi terjadi pada Selasa (12/11/2019) pagi. Awalnya hanya terjadi di Kecamatan Matangkuli, tapi kemudian meluas ke Pirak Timu.
Di Matangkuli, pada Selasa (12/11/2019) sekitar pukul 08.00 WIB, banjir baru merendam lima desa dengan ketinggian air 20-30 centimeter. Kelima desa itu adalah Alue Euntok, Tumpok Barat, Desa Hagu, Alue Tho, dan Desa Meuria. Namun, menjelang siang, banjir juga mulai merendam sejumlah desa lainn seperti Desa Siren, Lawang, Cibreuk, Tanjong Haji Muda, dan Pante Pirak. M Nasir, warga Desa Hagu, kepada Serambi, kemarin, mengatakan, selain rumah warga, banjir juga merendam benih padi yang baru disemai.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Utara, pada Selasa (12/11/2019) sore, menyiagakan belasan personel di lokasi banjir kawasan Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara.
Kepala Pelaksana BPBD Aceh Utara, Amir Hamzah, kemarin, mengatakan, langkah tersebut dilakukan untuk memundahkan petugas membantu bila ada warga yang harus dievakuasi dan juga memantau banjir.
Sementara itu, sejak sore kemarin hingga tadi malam, banjir yang merendam permukiman warga akibat meluapnya Krueng Langsa mulai berkurang antara 20-40 cm. Sebelumnya, ketinggian air setelah hujan lebat mengguyur Kota Langsa dan kawasan pegunungan Aceh Timur, antara 1-1,5 meter.
Kepala BPBD Langsa, Ali Mustafa, kepada Serambi, tadi malam mengatakan, di Gampong Keumuning dan Seulalah, Kecamatan Langsa Lama yang berada di DAS Krueng Langsa, hingga pukul 19.00 WIB air sudah berkurang hingga 40-an centimeter. Namun Gampong Jawa, Gampong Teungoh (Kecamatan Langsa Kota), Gampong Sidodadi, Gampong Pondok Pabrik serta sejumlah gampong lain di kawasan bawah DAS Krueng Langsa, air baru berkurang sekitar 20-30 cm.
Sebagian besar warga yang mengungsi masih bertahan di tenda, karena air masih menggenangi rumah mereka. Hanya sebagian kecil warga seperti di Gampong Pondok Keumuning, dan Seulalah, yang telah kembali ke rumahnya. Menurut Ali, pihaknya bersama Polres Langsa, Kodim 0104/Aceh Timur, Basarnas, SAR, bersama elemen masyarakat lainnya terus memantau perkembangan terbaru di lapangan.
Secara terpisah, Wakil Wali Kota Langsa, Dr H Marzuki Hamid MM, mengatakan, pihaknya menetapkan masa tanggap darurat banjir sejak Selasa (12/11/2019) hingga sepekan ke depan.
Penetapan masa tanggap darurat berdasarkan hasil rapat dengan semua unsur terkait itu dilakukan setelah banjir akibat luapan Krueng Langsa, merendam sejumlah gampong dalam wilayah kota tersebut.
Wakil Wali Kota menambahkan, Pemko setempat juga sudah mendirikan 11 posko yang memiliki tenda dan dapur umum yang semua gampong yang terdampak banjir. Sementara posko induk ditempatkan di Gampong Jawa. "Bantuan makanan untuk korban banjir sejak tadi pagi (kemarin-red) telah kita salurkan kepada korban banjir di lokasi pengungsian," ungkap Marzuki Hamid.
Wakil Wali Kota menambahkan, saat ini stok makanan di Gudang Dinas Sosial Langsa sudah habis disalurkan kepada korban banjir. Menyikapi kebutuhan mendesak untuk pengungsi, ia berharap ada bantuan makanan dari Pemerintah Aceh. "Jika khawatir terjadi banjir susulan, kita tak punya lagi stok makan untuk disalurkan kepada masyarakat,” tandasnya.