Breaking News

Berita Subulussalam

Ustaz Maksum Tanggapi Kontroversi Rencana Pembangunan Pusat Kebudayaan Pakpak di Subulussalam

Rencana pembangun Pusat Kebudayaan Pakpak di Subulussalam senilai Rp 20 miliar menjadi kontroversi di Subulussalam dalam dua hari terakhir ini.

Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN
Wakil Ketua MPU Kota Subulussalam, Ustaz Maksum LS SPdI 

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Subulussalam, Ustaz Maksum LS SPdI, menanggapi rencana Pegiat Budaya Pakpak membangun Pusat Kebudayaan Suku Pakpak di Subulussalam.

Rencana pembangun Pusat Kebudayaan Pakpak di Subulussalam senilai Rp 20 miliar menjadi kontroversi di Subulussalam dalam dua hari terakhir ini.

Wakil Ketua MPU Kota Subulussalam, Ustaz Maksum, kepada kepada Serambinews.com, Rabu (13/11/2019) berharap masalah tersebut dapat diselesaikan secara arif dan bijaksana, sehingga tidak merugikan pihak manapun.

Selama ini, kata Maksum Subulussalam kerap didengungkan sebagai miniatur Indonesia mini.

Sebab warga Subulussalam hidup di tengah keberagaman suku, ras, agama, dan budaya.

Karenanya, Maksum berharap adanya upaya bagaimana cara  menyelesaikan masalah yang telah menjadi polemik di tengah masyarakat Kota Sada Kata tersebut.

“Kita berharap ada upaya menyelesaikan masalah ini dengan cara bijak dan arif, sehingga membawa keharmonisan dan perdamaian serta dapat melestarikan nilai budaya asli Singkil,” ujar Maksum.

BREAKING NEWS - Puluhan Bangkai Babi Diduga Terpapar Virus Kolera Hanyut di Sungai Subulussalam

Aktivitas Menambang Emas Sepi di Nagan Raya

VIRAL Video Polisi Adu Jotos dengan Anggota TNI, Ini Kronologi Sebenarnya

Maksum menambahkana ragam budaya yang ada di Subulussalam itu merupakan kekayaan bagi kota yang mekar 2 Januari 2007 itu.

Maksum pun mengajak semua pihak membangun Subulussalam bersama tanpa ada gesekan sesama atau antarsuku.

Maksum berharap Subulussalam dititipkan ke anak cucu nantinya dengan damai dan sejahtera bukan untuk saling gontok-gontokan.

Sebelumnya para mahasiswa  perantauan yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Perantauan Kota Sada Kata (Himapakosaka) menyampaikan keprihatinannya atas gejolak adat dan budaya di daerah ini karena dinilai dapat mengarah pada konfik suku.

”Sebagai mahasiswa kami prihatin atas persoalan adat budaya yang terjadi belakangan ini di Kota Subulussalam,” kata Gusti Niswar, Ketua Himapakosaka kepada Serambinews.com, Rabu (13/11/2019).

Gusti mengaku pro kontra terkait pembangunan pusat kebudayaan Suku Pakpak yang rencananya dibangun di Desa Jontor Kecamatan Penanggalan menjadi masalah serius dan dapat mengarah pada konflik suku.

Oleh karena itu, Gusti mengimbau masyarakat Kota Subulussalam  bisa lebih dewasa menanggapi isu tersebut. 

Artinya tidak terpancing karena bisa menimbulkan perpecahan antar sesama masyarakat di sana.

Kecuali itu, Gusti  juga meminta Wali Kota Subulussalam H Affan Alfian Bintang selaku kepala daerah segera mengklarifikasi dan memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya suku Singkil untuk menghindari konflik yang berkelanjutan.

“Selaku kepala daerah, pak wali kota kami minta segera membuat pernyataan kepada masyarakat.

Ini penting agar masalah yang mulai bergolak dapat segera diakhiri, bukan justru menjadi bias hingga membuat persoalan makin runyam,” ujar Gusti

Di sisi lain, Gusti  menilai sebenarnya banyak persoalan  penting yang harusnya jadi focus program pemerintah Subulussalam bukan hanya masalah suku dan budaya.

Hal paling penting, lanjut Gusti menyangkut  Sumber Daya Manusia (SDM) dan perekonomian masyarakat agar penduduk Kota Sada Kata ini terangkat taraf hidupnya.

Lantaran itu, Gusti berharap kepada pemerintah Subulussalam agar dapat meningkatkan SDM melalui pendidikan.

 Mahasiswa juga berharap Dinas Pendidika dan Kebudayaan lebih memperhatikan sarana dan prasarana sekolah, kualitas guru, dan lain sebagainya.

Khususnya sekolah sekolah  daerah terpencil seperti di Kecamatan Longkib juga Sultan Daulat yang memang selama ini kurang perhatian.

Gusti juga berharap Pemerintah Subulussalam dapat membuka lapangan pekerjaan seluas mungkin  terlebih kepada generasi milenial.

Ini karna tidak sedikit pemuda di Subulussalam yang masih kesulitan mendapatkan pekerjaan .

 Pemerintah Subulussalam melalui Disprindagkop UKM diminta dapat menjalankan tugas dan fungsinya yaitu memberikan pembinaan dan memfasilitasi masyrakat untuk berwirusaha.

”Seperti yang kita ketahui Wali Kota Subulussalam adalah salah satu pengusaha sukses di Subulussalam, maka kita sangat mengharapkan dapat meningkatkan perekonomian di bumi Hamzah Fansuri tidak hanya di sektor pertanian tetapi juga di sektor lainnya.

Kami yakin ini jauh lebih penting dari pada gontok-gontokan soal adat budaya. Kalau masyarakat sejahtera maka mereka akan mencintai budayanya masing-masing.” pungkas Gusti.

Status Pelaku Bom Bunuh Diri di Medan Disebut Masih Mahasiswa, Teman Ungkap Riwayat Pendidikannya

Sejumlah mahasiswa Subulussalam dan Singkil yang tergabung dalam Komunitas Penyelamat Sejarah Kebudayaan Suku Singkil (Kompass Buss) menggelar aksi di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Selasa (12/11/2019). Mereka menari tarian khas Subulussalam sekaligus sebagai simbol penolakan terhadap rencana pembangunan Pusat Kebudayaan Pakpak Sumatera Utara di Subulussalam. SERAMBINEWS.COM/MASRIZAL
Sejumlah mahasiswa Subulussalam dan Singkil yang tergabung dalam Komunitas Penyelamat Sejarah Kebudayaan Suku Singkil (Kompass Buss) menggelar aksi di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Selasa (12/11/2019). Mereka menari tarian khas Subulussalam sekaligus sebagai simbol penolakan terhadap rencana pembangunan Pusat Kebudayaan Pakpak Sumatera Utara di Subulussalam. (SERAMBINEWS.COM/MASRIZAL)

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah mahasiswa Subulussalam dan Singkil menggelar aksi di Bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Selasa (12/11/2019).

Mereka yang tergabung dalam Komunitas Penyelamat Sejarah Kebudayaan Suku Singkil (Kompass Buss) protes terhadap Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang.

Sang Wali Kota Subulussalam itu berencana membangun Pusat Kebudayaan Pakpak di kota tersebut dengan anggaran Rp 250 juta.

Suku Pakpak merupakan salah satu suku yang berasal dari Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.

"Baru-baru ini Pemerintah Subulussalam akan membangun pusat kebudayaan Pakpak di Subulusalam.

 Kami minta Pemerintah Aceh bersikap cepat untuk mencegah agar pembangunan itu tidak terjadi," teriak salah satu orator.

Dalam aksinya, massa turut mengusung spanduk dan karton bertuliskan,

 "Jangan jajah budaya Singkil", "Kami Suku Singkil", "Dampeng takhi kami otang...! menortor," teriak seorang orator. 

Aksi di Banda Aceh ini mendapat pengawalan kepolisian itu para pendemo melakukan orasi secara bergantian.

Mereka juga memperagakan Tari Dampeng, tari tradisional suku Singkil dan memperkenalkan minuman khas suku Singkil, Goderkh.

Mereka meminta kepada Pemerintah Aceh agar mencegah pembangunan itu. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved