Luar Negeri
Bentrokan di Universitas Hong Kong, Demonstran Tulis Kata-kata Terakhir Kepada Keluarga
Kengerian begitu terasa dalam drama pendudukan universitas di Hong Kong oleh demonstran dengan polisi melakukan pengepungan.
Aksi protes dimulai pada Juni lalu ketika massa menentang usulan UU Esktradisi yang bisa membuat terduga pelaku kriminal diekstradisi ke daratan utama.
Dalam perkembangannya selama lima bulan terakhir, aksi itu makin meluas dengan tuntutan pendemo yang semakin besar.
Seperti diperbolehkan memilih pemimpin sendiri.
Sementara itu, keluarga yang cemas menunggu di depan universitas Hong Kong menyusul bentrokan antara polisi dengan demonstran yang berdiam di sana.
Sekitar 100 pengunjuk rasa diyakini masih bertahan di Polytechnic University, dikepung oleh polisi anti-huru hara selama tiga hari terakhir.
Seorang ibu berusia 50-an, bermarga Chan, mengatakan dia begitu takut sang anak bakal terluka, atau mungkin terbunuh, ketika polisi merangsek masuk ke universitas.
Dilansir AFP Selasa (19/11/2019), Chan mengaku takut jika terjadi Tiananmen 2.0 dengan korban berjatuhan ketika polisi bentrok dengan demonstran.
Dia merujuk kepada upaya China menindak unjuk rasa di Lapangan Tiananmen pada 1989 silam, dengan ribuan pengunjuk rasa diyakini tewas.
Sementara ibu lain bermarga Cheung berujar, dia bermalam di taman dekat pos polisi di tengah kekalutan menunggu kabar dari anaknya yang menjadi relawan medis.
"Saya sangat, sangat khawatir, takut jika hidupnya bakal dalam bahaya. Dia takut. Dia takut jika ditangkap oleh polisi," ujar Cheung.
Berawal dari aksi protes menentang UU Ekstradisi yang diusulkan pemerintah Hong Kong Juni lalu, demonstrasi itu kini menuntut lebih luas.
Selain hak untuk memilih pemimpin mereka sendiri, para pendemo juga menyerukan digelarnya penyelidikan atas dugaan kebrutalan polisi.
Para pengunjuk rasa menggunakan taktik "Blossom Everywhere" dalam 10 hari terakhir, yang membuat banyak sekolah ditutup dan pelayanan transportasi terganggu.
Namun, pengepungan yang dilakukan polisi di Polytechnic Universitas, kampus di distrik Kowloon, merupakan momen yang paling serius.
Ibu lain yang bernama Chung kepada SCMP mengungkapkan, putrinya yang masih berusia 16 tahun berada di dalam universitas.